Bait Suci adalah tempat Tuhan hadir dan menyatakan diri di tengah umat-Nya, sehingga umat Allah bisa menjalin relasi dengan Allah. Adanya Bait Suci membuat Allah dikenal di antara bangsa-bangsa. Pada masa itu, Bait Suci yang baru saja diperbaiki oleh Raja Yosia (2 Tawarikh 34–35) adalah tempat paling indah di Yerusalem. Sayangnya, banyak orang yang terpaku pada bangunan yang megah (Yeremia 7:4) dan berpikir bahwa keberadaan Bait Suci menjamin bahwa Allah akan terus melindungi serta menyelamatkan mereka. Bangsa Israel menyangka bahwa Tuhan tidak akan pernah menghancurkan tempat itu. Namun, kenyataannya berbeda. Keberadaan dan kemegahan Bait Suci tidak dapat menyelamatkan mereka dari dosa mereka. Sejarah Kemah Suci di Silo mengingatkan bangsa Israel bahwa Tabut Allah yang merupakan representasi kehadiran Allah bukan sumber perlindungan yang mutlak (1 Samuel 4). Nabi Yeremia mengingatkan umat Allah agar tidak memercayai perkataan menipu yang memberi harapan palsu berdasarkan keamanan Bait Suci atau kegiatan keagamaan.
Saat menyoroti kemunafikan dan penipuan diri bangsa Israel, Nabi Yeremia menunjukkan dosa umat yang telah menajiskan Bait Suci dengan tingkah laku mereka yang jahat. Meskipun hidup dalam berbagai macam dosa, umat Yehuda berani datang ke tempat ibadah seolah-olah tidak ada yang salah. Mereka melakukan ketidakadilan dan hidup dalam kerusakan moral (7:4-10). Bait Suci menjadi "sarang penyamun" (7:11). Ada kepercayaan palsu bahwa Bait Suci menjamin pembebasan Tuhan bagi keberdosaan mereka.
Perilaku keagamaan seperti di atas sering ditemui di gereja Tuhan. Kita sangat mudah untuk menjadi lebih mengutamakan penyembahan ritual daripada kesetiaan yang sungguh-sungguh terhadap perintah Tuhan. Tuhan tidak terkesan dengan gedung indah yang dibangun atas nama-Nya jika tidak ada keindahan batin di hati umat-Nya. Adalah salah untuk berpikir bahwa Tuhan melindungi kita hanya karena kegiatan keagamaan yang kita lakukan, yaitu membaca Alkitab, berdoa, dan bersekutu dengan saudara seiman. Tujuan semua kegiatan keagamaan adalah mengembangkan hubungan dengan Tuhan, bukan memanipulasi atau menipu Tuhan. Apakah ibadah lahiriah Anda sudah diimbangi dengan kekudusan batin?