1 Timotius 3

Jemaat: Dasar & Penopang Kebenaran

15 November 2025
GI Michael Tanos

Dalam bacaan Alkitab hari ini, Rasul Paulus secara eksplisit menulis lima belas karakter yang harus dimiliki seorang pemimpin—atau pengawas—jemaat (3:2-7), dilanjutkan dengan karakter seorang diaken yang pada dasarnya mirip dengan karakter seorang pengawas jemaat. Persyaratan karakter ini sudah sewajarnya dituntut dari seorang pemimpin agama yang mengajarkan kebaikan. Secara umum, semua lapisan masyarakat mengharapkan bahwa semua pemimpin agama harus mempunyai moral yang baik. Akan tetapi, kekristenan bukan sekadar mengajarkan kebaikan, melainkan merupakan suatu komunitas keluarga Allah atau jemaat Allah yang hidup (3:15). Etika Kristen bukan hanya sekadar mengajarkan moral yang baik, melainkan mengajarkan kebenaran Allah sebagai hakikat dari moral. Semua orang ingin disebut bermoral, sehingga mereka berusaha menerapkannya dalam kehidupan. Sayangnya, kebaikan manusia itu sudah tercemar oleh dosa dan tidak bisa memenuhi tuntutan Allah. Rasul Paulus berkata bahwa sekalipun seseorang menyerahkan nyawanya, bila hal itu tidak dilandasi kasih, kebaikan itu sia-sia, tidak bernilai di hadapan Allah (1 Korintus 13:3). Gereja adalah dasar dan penopang kebenaran. Jemaat Allah melakukan pekerjaan baik bukan sekadar untuk menegakkan moral universal, melainkan karena itulah karakter umat Allah atau karakter warga Kerajaan Allah. Kita bersikap dan berperilaku baik bukan karena tuntutan moral atau hukum, melainkan berlandaskan kasih kepada Allah dan kepada sesama.

Sikap dan perilaku baik bukanlah sifat dasar manusia yang mewarisi dosa manusia pertama. Berdasarkan standar Allah, tidak ada seorang pun yang benar, berakal budi, dan mencari Allah (Roma 3:10-12). Apa pun yang dipikirkan, direncanakan, dan dilakukan manusia, pasti tercemar oleh dosa karena hal itu lahir dari hati dan pikiran yang berdosa, bukan berasal dari Allah. Oleh karena itu, semua manusia terancam kebinasaan dan tanpa jalan keluar dari dirinya sendiri. Tidak ada orang yang dapat menyelamatkan dirinya sendiri, sehebat apa pun kemampuannya. Akan tetapi, yang mustahil bagi manusia itu tidak mustahil bagi Allah (Matius 19:26). Syukur kepada Allah yang telah mengutus Yesus Kristus, untuk mati menanggung hukuman dosa kita, dan melepaskan kita dari belenggu dosa. Kebangkitan-Nya menjadi jaminan bagi kehidupan kekal kita. Saat dilahirkan kembali, kita memiliki hati yang baru, yang rindu untuk taat dan peka terhadap dosa, serta memungkinkan kita untuk tidak melakukan dosa (Yohanes 3:3). Apakah Anda telah dilahirkan kembali? Apakah Anda merasa gelisah bila Anda melakukan dosa?

Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh.
Yakobus 5: 16


www.gky.or.id | Gereja Kristus Yesus Copyright 2019. All rights Reserved. Design & Development by AQUA GENESIS Web Development & Design