Bacaan Alkitab hari ini memperlihatkan kontras antara Abram atau Abraham dengan Lot. Lot adalah anak Haran, adik dari Abraham. Setelah Haran meninggal, ada kemungkinan bahwa Lot diasuh oleh Abraham sejak ia masih muda. Oleh karena itu, saat Abraham mengikuti panggilan Allah dan pergi ke Tanah Kanaan, ia mengajak Lot. Abraham menyayangi Lot, sehingga Lot bisa berkembang bila dia ikut bersama dengan Abraham. Kesuksesan Abraham dalam beternak diikuti dengan kesuksesan Lot. Sayang, Lot tidak menunjukkan sikap berterima kasih yang sepantasnya terhadap pamannya yang telah membimbing dia. Bahkan, ia memandang pamannya sebagai saingan. Saat ternaknya semakin banyak dan para gembala Lot berebut lahan untuk memberi makan ternak dengan para gembala Abraham, Lot diam saja. Supaya masalah tidak meruncing, Abraham mengambil inisiatif untuk berpisah tempat tinggal dengan Lot. Abraham menawarkan kepada Lot untuk memilih tempat, dan Abraham akan menyesuaikan diri, padahal yang pantas adalah Abraham yang menetapkan pilihan lebih dulu. Lot--yang tidak bisa menempatkan diri secara patut sebagai orang yang lebih muda--memilih untuk tinggal di Lembah Yordan, di dekat kota Sodom. Lot hanya mempertimbangkan masalah kesuburan tanah dan tidak menghiraukan fakta bahwa orang Sodom itu sangat jahat dan berdosa terhadap TUHAN. Abraham bersandar kepada Tuhan dan sedapat mungkin berusaha untuk menghindari konflik. Oleh karena itu, ia mengalah terhadap Lot. Bagi Abraham, berkat dan penyertaan TUHAN adalah kriteria terpenting dalam memilih tempat, bukan kesuburan tanah.
Saat Anda hendak mengambil keputusan, kriteria apakah yang paling penting bagi Anda: Apakah Anda mementingkan keuntungan yang bisa Anda raih atau Anda mementingkan kehendak TUHAN? Ingatlah bahwa Allah menghendaki damai sejahtera (1 Korintus 14:33, Roma 12:18). Pada masa kini, untuk mendapat lebih banyak keuntungan, banyak orang memilih untuk menipu, memanipulasi, korupsi, menjual barang ilegal, dan sebagainya. Rasul Paulus mengingatkan, "Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar. Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang." (2 Timotius 3:1-2a). Pementingan uang dan hal-hal duniawi lainnya itu juga terjadi dalam gereja. Demas--salah satu anggota tim misi Rasul Paulus--memilih untuk meninggalkan pelayanan karena dia mencintai dunia ini (Kolose 4:14; Filemon 1:24; 2 Timotius 4:10). Bagaimana dengan Anda: Saat dihadapkan kepada suatu pilihan, apakah Anda berani bertekad untuk memilih apa yang berkenan kepada Allah atau Anda memilih berdasarkan apa yang lebih banyak mendatangkan keuntungan?