Pernahkah Anda ingin menolong seseorang, tetapi kemudian Anda berhenti menolong orang itu? Mungkin kita berhenti membantu karena bantuan kita tidak dihargai atau orang yang kita bantu tidak bersyukur atas bantuan kita atau orang yang kita bantu berkata negatif tentang diri kita kepada orang lain. Dengan perkataan lain, perbuatan negatif yang dilakukan seseorang kepada diri kita membuat kita berhenti mengasihi orang itu. Respons semacam ini umum, tetapi respons yang umum ini bukanlah respons yang bisa dianggap benar.
Dalam bacaan Alkitab hari ini, Rasul Paulus menasihati jemaat Galatia, "Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menyerah." (6:9). Nasihat ini dilatarbelakangi oleh adanya konflik dalam jemaat di Galatia. Ada anggota jemaat yang merasa dirinya lebih hebat daripada yang lain, sehingga ia memandang rendah anggota jemaat yang lain. Itulah sebabnya, mereka jemu mengasihi sesama anggota jemaat yang seperti itu. Mereka makin jemu saat melihat orang yang mereka anggap tidak pantas untuk dikasihi (6:3-5). Itulah sebabnya, Rasul Paulus merasa perlu menasihati jemaat Galatia. Ada tiga hal yang bisa menolong kita agar tidak kehilangan niat hati untuk berbuat baik kepada orang lain: Pertama, kita harus menjaga pikiran kita agar tidak tersesat (6:7). Berbuat baik adalah konsep yang praktis, Rasul Paulus merasa perlu memberi pengertian konsep teologisnya. Tindakan seseorang dipengaruhi oleh cara berpikirnya. Jika seseorang mau menjaga tindakannya, ia harus menjaga pikirannya. Konsep keliru apa yang dibahas oleh Rasul Paulus? Kesesatan berkaitan dengan sebagian anggota jemaat yang tidak mau memberi dukungan finansial kepada para pemberita firman (5:6). Konsekuensinya, persebaran Injil menjadi terhambat; Kedua, kita tidak boleh jemu-jemu berbuat baik karena kita harus mempertimbangkan konsekuensi yang bisa fatal (7b-8), yaitu apa yang ditabur seseorang, itu juga yang akan dituainya. Ketiga, kita tidak boleh jemu-jemu berbuat baik karena ada upahnya dan kita perlu menanti waktu pembagian upah dengan sabar karena waktu itu sudah ditetapkan Tuhan (6:9-10).
Selama masih ada kesempatan, jangan jemu-jemu menabur kebaikan! Menabur kebaikan akan mempermuliakan nama Tuhan dan memberkati orang yang menerima kebaikan kita. Selain itu, kita akan memperoleh balasan atau berkat dari Tuhan. Akan tetapi, jangan menjadikan keuntungan sebagai motivasi untuk berbuat baik. Keuntungan adalah konsekuensi, bukan motivasi. Apakah Anda sudah menabur kebaikan tanpa merasa jemu?