Mengapa Bileam akhirnya bersedia mengikuti para utusan Balak untuk pergi mengutuk bangsa Israel? Kedekatan Bileam dengan Allah membuat Bileam disebut sebagai "nabi" dalam 2 Petrus 2:16. Sebutan itu sebenarnya tidak terlalu mengherankan karena sebelum Bileam mengikuti permintaan Balak, dia adalah seorang yang dekat dengan Allah. Dia tidak menerima begitu saja permintaan Balak untuk mengutuki bangsa Israel, melainkan dia bertanya dulu kepada Allah sebelum membuat keputusan. Bahkan, Bileam menolak saat pertama kali dipanggil oleh Balak. Sayangnya, Bileam tidak tahan uji. Saat utusan Balak datang kembali dengan janji bahwa Balak akan memberi upah yang lebih besar, Bileam tidak langsung menolak permintaan Balak, melainkan dia bertanya kembali kepada Allah (padahal seharusnya kehendak allah sudah jelas, yaitu bahwa dia tidak boleh pergi). Karena Bileam "memaksa", maka Allah membiarkan Bileam pergi. Sekalipun demikian, Allah sebenarnya masih memberikan peringatan melalui sikap keledainya yang tidak mau pergi. Sayangnya, uang telah membutakan Bileam, sehingga Bileam tetap pergi.
Kisah Bileam ini merupakan suatu peringatan bagi kita. Bila kehendak Allah sudah jelas, jangan sekali-kali "menawar". Bila kita tidak bersedia taat dengan rela hati, mungkin saja Allah akan membiarkan kita melakukan apa yang kita inginkan. Kita harus bertekad untuk taat terhadap kehendak Allah. Selain itu, kita pun juga harus peka terhadap peringatan TUHAN. Ingatlah bahwa seorang yang dekat dengan TUHAN pun bisa terkecoh untuk mengikuti jebakan Iblis bila kita tidak memiliki tekad yang kuat untuk setia terhadap kehendak Allah. Coba evaluasi sikap yang pernah Anda ambil saat Anda menghadapi godaan untuk berbuat dosa! [P]
Tetapi Bileam beroleh peringatan keras untuk kejahatannya, sebab keledai beban yang bisu berbicara dengan suara manusia dan mencegah kebebalan nabi itu." 2 Petrus 2:16