Walaupun tahu bahwa akhir hidupnya sudah dekat, Rasul Paulus menghadapinya tanpa rasa takut atau putus asa. Dia meminta agar Timotius segera datang ke kota Roma dan membawa beberapa barang pribadinya, yaitu mantel dan kitab-kitab, terutama kitab yang terbuat dari kulit (disebut perkamen). Kitab dan perkamen itu mungkin adalah salinan Kitab Suci dan tulisan-tulisan Rasul Paulus sendiri. Dia terus belajar dan mengajar/menulis setiap memiliki kesempatan. Saat akan dihukum mati pun, ia masih memikirkan pelayanannya. Ia (continue)





