Hosea 5:1-6:6

Bukan Ritual, Tapi Relasi

3 Desember 2025
GI Jokhana

Bayangkan seorang suami yang menemukan bahwa istrinya hanya menemaninya di depan orang banyak, tersenyum manis, tampak setia, tetapi diam-diam hati dan cintanya telah berpaling. Sangat ironis dan menyakitkan! Ibadah Israel kepada Allah digambarkan seperti itu: megah dalam ritual, tetapi kosong dalam kasih. Hosea menyingkapkan hati Allah yang terluka. Sekalipun demikian, di dalam kasih yang terluka itu juga tampak kasih setia-Nya yang tidak pernah padam.

Para imam, umat Israel, dan keluarga raja (5:1) adalah tiga lembaga yang mewakili kehidupan rohani, sosial, dan politik. Mereka semua bersalah dan membuat orang lain terjerat dan jatuh dalam dosa. Oleh karena itu, Allah melakukan gugatan perjanjian (covenant lawsuit) dan menyidangkan umat-Nya karena pengkhianatan. Allah melihat dan mengenal semuanya. Dosa mereka terlihat nyata, sebab hati mereka telah dikuasai dan dibutakan oleh perzinaan rohani dan kesombongan. Sekali¬pun mereka "mencari" Allah, namun yang mereka lakukan hanya ritual kosong tanpa perubahan hati. Allah melihat hati umat-Nya dan tidak ada yang tersembunyi. Kemunafikan religius mereka tidak pernah bisa menipu Allah. Ritual tanpa kesetiaan dan pengenalan akan Allah adalah sia-sia. Allah merindukan kasih setia dan pengenalan akan Dia, yang lebih berharga daripada kurban lahiriah. Di sinilah panggilan pertobatan diberikan: Allah merindukan umat-Nya kembali dan sungguh-sungguh mencari Dia, bukan sekedar liturgi kosong. Persembahan dan ibadah kita tidak ada artinya bila hati kita menjauh dari Allah.

Allah tidak menuntut ritual, melainkan relasi. Hosea 5-6 adalah cermin bagi gereja masa kini. Betapa mudahnya kita jatuh ke dalam jebakan agama formalitas: Kita hadir, beribadah, menyanyi, memberi persembahan, bahkan melayani—namun, hati kita tidak melekat kepada Allah. Kita bisa terjebak seperti Israel yang mengira mencari TUHAN, tetapi sesungguhnya kita lebih mengandalkan pertolongan manusia. Oleh karena itu, Allah meratap: "Kasih setiamu seperti kabut pagi, dan seperti embun yang menguap di pagi hari" (6:4). Begitu rapuh dan sebentar hilang. TUHAN tidak mencari iman yang musiman, melainkan kasih setia yang berakar dalam pengenalan akan Dia. Apakah ibadah kita sekadar ritual, atau sungguh lahir dari hati yang mengasihi dan mengenal Allah? Apakah kasih kita hanya bertahan di musim baik, atau setia dalam segala keadaan? Apakah kita hidup dalamhesed (kasih setia) dan da’at Elohim (pengenalan akan Allah) yang nyata dalam keseharian kita? Ingatlah bahwa Allah lebih berkenan pada hati yang setia dan pengenalan sejati akan Dia daripada kurban persembahan yang megah. Apakah Anda sudah menjawab panggilan Nabi Hosea, "Marilah kita mengenal dan bersungguh-sungguh mengenal TUHAN"? (6:3).

Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh.
Yakobus 5: 16


www.gky.or.id | Gereja Kristus Yesus Copyright 2019. All rights Reserved. Design & Development by AQUA GENESIS Web Development & Design