Kedatangan kami disambut oleh matahari yang terik dan angin yang sejuk, seakan Tuhan memberikan cuplikan dari apa yang akan kami dapatkan melalui 48 Hours. Tempat tidur kami adalah tenda yang langsung ditempatkan diatas rerumputan, meninggalkan ranjang kami yang nyaman dan belajar untuk hidup seadanya, sungguh adalah pengalaman yang sangat berharga dan berkesan bagi kami yang sudah terbiasa hidup di kota.
Tidak seperti retret pada umumnya, di 48 Hours kami, anak-anak muda diberikan banyak kesempatan untuk berbicara dan menyampaikan isi hati kami yang terdalam. Pada momen pertama yang berjudul Teen Speak" kami diberi pertanyaan: "Apakah yang terpenting dalam hidup kami?". Banyak dari kami menjawab: Keluarga, Uang, Masa Depan, Sosial Media dan lain-lain. Namun setelah kami diijinkan untuk berpikir lebih dalam, kami menyadari bahwa hal-hal yang kami anggap paling berharga ternyata bersifat sangat sementara. Sungguh aneh, pada momen ini kami merasa begitu rapuh dan begitu kuat secara bersamaan, karena walaupun semuanya akan berlalu, kami punya Tuhan yang tetap untuk selama-lamanya.
"Tetapi, jika Tuhan dapat memuaskan kami, mengapa masih begitu banyak penderitaan dalam hidup ini?" pertanyaan ini sempat terngiang sebelum terjawabkan pada sesi yang kedua, "Pain, an invitation to love". Terkadang Allah dengan mengijinkan penderitaan terjadi dalam hidup ini karena Dia begitu merindukan kami, kami sudah terlalu sibuk dan bahkan lebih mencintai berkat-berkatNya dari pada Dia Sang Pemberi berkat itu sendiri.
Keesokan harinya, kami diberi banyak kesempatan untuk berduaan dengan Tuhan . Bersama-sama kami mendaki sebuah sungai bebatuan, melawan arus dari air yang mengalir kebawah. Disini kami disadarkan akan hidup kami sebagai anak-anak Tuhan dalam dunia ini, yang tidak mau mengikuti arus walaupun banyak rintangan karena Tuhan tidak pernah meninggalkan kami dan kami mau terus berjuang dan pantang menyerah sampai kami menyelesaikan perjalanan kami.
Pada sesi "The Real of Me", kami disadarkan akan topeng-topeng yang telah kami pakai untuk menutupi kebobrokan hidup kami, alhasil kami hidup penuh dengan kepalsuan. Disini kami melihat keadaan hidup kami yang begitu hancur dan mau belajar jujur sama Tuhan, minta ampun dan minta pertolongan agar kita dapat hidup dengan otentik dan berintegritas dihadapanNya. Dalam "The Passionate God", kami sungguh tidak menyangka bahwa ternyata kasih sayang Allah itu begitu dalam bagi kami. Dia hanya ingin kami dekat denganNya bahkan tanpa harus berkata-kata, karena yang menyenangkan hatiNya adalah menjalani hidup ini bersamaNya dan bergantung padaNya.
Hari terakhir pun tiba, kami belajar pentingnya berkomunitas dan setia pada gereja pada sesi terakhir yaitu, "Me and My Church". Kami juga berkomitmen untuk mau melayani Tuhan dalam gereja kami masing-masing, sebagai bentuk ucapan syukur akan anugerahNya yang terlalu besar dalam hidup kami.
Kami anak-anak muda datang mengikuti 48 hours dengan latar belakang dan motivasi yang berbeda-beda, namun kami semua pulang dengan hati yang tertuju pada Tuhan Yesus Kristus, Juruselamat kami yang hidup. Youth on fire
www.somethingtodiefor.net follow : (instagram) youthsomethingtodie Subscribe (youtube) something to die for
Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh. Yakobus 5: 16