Supaya sanggup bertahan menghadapi masalah, gereja harus bertumbuh dalam pengharapan. Pengharapan Kristen bukan hanya menyangkut masa depan, tetapi juga masa kini. Pada umumnya, manusia berharap pada kemakmuran dan kenyamanan. Sayangnya, dosa membuat manusia cenderung mementingkan diri sendiri serta bersaing dan berebut dengan sesamanya. Kemajuan teknologi tidak memberi solusi, tetapi menambah kesenjangan kaya-miskin: Sebagian manusia makin kaya dan sebagian makin miskin, bahkan ada yang sangat miskin. Kerusakan alam membuat bencana alam meningkat. Tidak ada tempat yang benar-benar makmur dan aman. Di dalam Kristus, kita memiliki jaminan pemeliharaan dan perlindungan Allah. Akan tetapi, jaminan itu tidak berarti bahwa hidup kita selalu makmur dan bebas dari bahaya. Pemeliharaan Allah berarti bahwa saat kita kekurangan, Allah akan memberi jalan keluar dan kecukupan. Perlindungan Allah berarti bahwa saat kita menghadapi ancaman bahaya, Allah akan meluputkan kita, kecuali bila Allah memiliki rencana tertentu untuk membuat bencana itu menjadi kebaikan bagi diri kita. Kekurangan serta penyakit akan membuat kita makin bergantung kepada pemeliharaan Allah, dan bahaya akan membuat kita mencari perlindungan Allah. Akan tetapi, pengharapan yang terpenting tentu saja menyangkut kehidupan sesudah kematian.
Di tengah ancaman orang-orang Yahudi yang cemburu saat melihat perkembangan kekristenan, jemaat Tesalonika mengalami pemeliharaan dan perlindungan Allah. Sikap para anggota jemaat saat menghadapi penderitaan membuat jemaat Tesalonika menjadi teladan bagi jemaat di tempat-tempat lain. Yang menarik, kesan Rasul Paulus terhadap kondisi jemaat Tesalonika tidak berfokus pada masalah, tetapi pada respons jemaat Tesalonika terhadap pemberitaan firman Allah. Oleh karena itu, Rasul Paulus tidak mengeluh, melainkan mengucap syukur. Dia tidak menjadi jera karena penolakan orang-orang Yahudi, tetapi ia justru rindu untuk kembali melayani jemaat Tesalonika. Pelayanan Rasul Paulus di kota Tesalonika—yang membuat dia melarikan diri ke kota Berea—tidak meninggalkan trauma, melainkan membangkitkan pengharapan dan sukacita karena pandangannya terarah kepada sukacita yang akan ia terima saat Kristus datang untuk kedua kali. Apakah pelayanan di gereja Anda menumbuhkan pengharapan dan sukacita? Saat Anda menghadapi berbagai masalah dalam kehidupan Anda, apakah Anda selalu mengingat pengharapan yang Anda miliki? Apakah pengharapan yang Anda miliki di dalam Kristus telah membangkitkan semangat untuk melayani dalam diri Anda?