Pernahkah Anda mendengar perkataan, "Ini hidupku! Kau Tak usah mencampuri hidupku! Aku bebas melakukan apa saja apa yang aku mau." Pernyataan seperti itu sering terlontar saat seseorang menerima teguran, padahal teguran itu diberikan dengan maksud baik, yaitu ingin mengingatkan orang itu agar tidak hidup semaunya. Orang yang menolak teguran adalah orang yang merasa dirinya selalu benar atau dia merasa memiliki hak penuh atas hidupnya.
Orang Yahudi menganggap diri mereka benar karena status kelahiran mereka. Mereka menganggap bangsa lain yang tidak mengenal hukum Taurat sebagai orang berdosa (2:15), padahal tidak ada orang yang dibenarkan karena melakukan hukum Taurat (2:16). Rasul Paulus menegaskan bahwa orang Yahudi sama dengan orang bukan Yahudi, yaitu sama-sama orang berdosa yang tidak bisa menyelamatkan diri sendiri. Hanya Kristus yang bisa membenarkan orang berdosa. Pembenaran oleh Allah tidak disebabkan karena ketaatan melakukan hukum Taurat, tetapi karena iman dalam Kristus. Penebusan Kristus yang sempurna membenarkan orang yang diselamatkan-Nya. Bila ada pembenaran melalui hukum Taurat, sia-sialah kematian Kristus (2:21). Sebagai umat Allah yang telah dibenarkan oleh Kristus, kita harus hidup untuk Allah. Rasul Paulus berkata, "Namun, aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku." (2:20). Hidup untuk Allah harus dimulai dengan kesadaran bahwa kita tidak mampu hidup untuk Dia tanpa anugerah-Nya. Hidup bagi Allah memiliki dua wujud: Pertama, kita harus mematikan manusia lama yang sombong. Si aku yang lama harus disalibkan dengan Kristus (2:19b). Salib Kristus membuktikan dan mempertontonkan ketidakberdayaan dan kejahatan kita. Kedua, hidup kita harus digerakkan oleh iman (2:20); Hidup bagi Kristus berarti bahwa Kristus yang hidup di dalam kita membuat kita bisa hidup untuk Dia. Kita tidak mungkin hidup bagi Kristus bila Kristus tidak memberikan hidup-Nya untuk kita dan Kristus tidak hidup di dalam kita. Kita hanya bisa berkarya bagi Kristus bila kita telah lebih dahulu digerakkan oleh kasih dan pengorbanan-Nya.
Untuk tidak membuat sia-sia kematian Kristus (2:21), setelah menerima pembenaran Allah melalui kematian Kristus, hidup kita harus mengerucut ke satu fokus, yaitu untuk memuliakan Allah, bukan untuk kepentingan diri sendiri. Seluruh aspek hidup kita harus dipakai untuk memuliakan Allah. Apa yang hendak Anda lakukan dalam rangka mempersembahkan seluruh bidang kehidupan Anda—keluarga, karier, bisnis, keuangan, jodoh, studi, hobi, pelayanan dan sebagainya—untuk memuliakan nama-Nya?