Di akhir pasal sebelumnya, Paulus menyatakan keinginannya untuk mengunjungi jemaat Korintus. Namun, ia menguatirkan satu hal, yakni bahwa orang-orang yang pernah ia tegur sebelumnya belum bertobat dari perilaku dosa mereka (12:20-22). Masih berkaitan dengan topik perilaku dosa, di pasal ini Paulus menegaskan tiga hal. Pertama, ia menyiratkan sudah mendengar laporan tentang perilaku dosa itu, namun ia tidak langsung percaya karena perlu dua atau tiga saksi untuk membuktikan kebenarannya (13:1). Karena itu, ketika berkunjung, Paulus akan menjadi saksi kebenaran laporan yang diterimanya tersebut. Kedua, ia memperingatkan mereka bahwa sebagai rasul Kristus ia berkuasa mengambil tindakan disiplin yang keras kepada mereka yang tidak bertobat ketika ia mengunjungi mereka. Namun, Paulus berharap mereka dapat bertobat sehingga ia tidak perlu menjalankan kuasanya tersebut (13:2-4, 10). Ketiga, ia memperingatkan jemaat untuk menguji diri apakah mereka sungguh berada di dalam Kristus. Paulus kuatir jangan-jangan perilaku mereka begitu gampang mengulangi berbagai dosa tanpa menunjukkan penyesalan atau usaha pertobatan membuktikan bahwa mereka sebenarnya belum diselamatkan oleh Kristus (13:5-9).
Tak jarang kita berperilaku seperti jemaat Korintus saat ditegur karena dosa yang kita perbuat. Bukannya bertobat, seringkali kita mencari alasan untuk membela diri, menyalahkan orang lain atau lingkungan, atau bahkan membenci orang yang menegur perilaku dosa kita. Oleh sebab itu, peringatan Paulus juga berlaku bagi kita. Sebagai saudara seiman, kita perlu belajar untuk saling mengingatkan dan saling menegur dalam kasih, meskipun seringkali teguran kita justru disambut dengan sikap apatis atau antipati. Teguran yang disampaikan dengan kasih akan membantu memurnikan kehidupan komunitas orang percaya bagi kemuliaan Allah. [TF]
"Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali." Matius 18:15