Dapat dikatakan bahwa reformasi terjadi karena adanya suatu dorongan yang kuat untuk kembali menegakkan anugerah Allah. Gereja pada waktu itu sudah terlalu menekankan kebaikan, kemampuan, dan perbuatan manusia. Bahkan, ada ajaran bahwa keselamatan dapat dibeli dengan sejumlah uang atau dengan sejumlah perbuatan baik. Para Reformator melawan ajaran seperti demikian dan menyerukan untuk kembali kepada ajaran Alkitab tentang sola gratia.
Efesus pasal 2 ini dengan tegas mengatakan bahwa manusia tidak dapat menyelamatkan diri sendiri. Manusia berdosa ada dalam kondisi mati rohani (2:1-3). Oleh karena itu, tidak mengherankan bila manusia berdosa hanya mengikuti nafsu dunia dan keinginan roh-roh jahat yang menguasai dunia yang gelap ini. Dalam kondisi seperti itu, Allah datang kepada manusia dengan anugerah-Nya. Ayat 4–6 mengatakan bahwa Allah itu kaya dengan rahmat serta memiliki cinta kasih yang besar. Rahmat dan kasih itu dicurahkan kepada kita untuk menghidupkan kita kembali dalam kebangkitan Kristus. Yesus Kristus yang mati dan bangkit adalah pemberian Allah untuk manusia yang berdosa agar manusia berdosa bisa diselamatkan. Ini bukan karena kebaikan dan kemampuan manusia, tetapi sematamata karena anugerah Allah (2:8).
Bagaimana kita meresponi kasih karunia Allah? Pertama, jangan memegahkan diri, tetapi dengan rendah hati kita mengikuti dan melayani Allah (2:9). Kedua, setelah menerima anugerah Allah, kita harus terdorong untuk melakukan pekerjaan baik yang Allah kehendaki untuk kita lakukan (2:10). Perbuatan baik adalah bentuk ucapan syukur kita kepada Allah yang telah menyelamatkan kita di dalam kasih karunia-Nya. [AH]
"Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah." Efesus 2:8