Zofar, si pembicara ketiga, tak lebih baik daripada dua pembicara sebelumnya. Bahkan, sikapnya lebih buruk. Ia menempatkan diri seolah-olah ialah juru bicara Allah yang menegur dan memaksa Ayub mengakui kesalahan agar mendapat ketenangan hidup. Teguran pertama berkaitan dengan kelancangan Ayub dalam berbicara. Bagi Zofar, selain terlalu banyak bicara, Ayub juga secara subyektif membela kebenaran diri. Seolah-olah wakil Allah, Zofar menyuruh Ayub menutup mulut, kalau tidak Allah akan menyingkapkan segala kesalahan ucapan Ayub serta menunjukkan bahwa sebenarnya hukuman yang ia terima itu kurang dari yang seharusnya (11:2-6). Teguran kedua adalah kecaman Zofar terhadap Ayub yang mengklaim dirinya bersih di hadapan Allah. Melalui serangkaian pertanyaan sinis, Zofar mempertanyakan bagaimana Ayub tahu bahwa Allah menilainya tidak bersalah. Bagi Zofar, tak seorang pun yang memahami cara Allah bekerja dan mengadakan pengadilan. Oleh sebab itu, Zofar menyuruh Ayub berhenti menjadi orang dungu yang menganggap dirinya dinilai bersih oleh Allah (11:7-12). Seperti dua pembicara sebelumnya, ucapan Zofar ditutup dengan seruan pertobatan agar kondisi Ayub segera pulih (11:13-20).
Ironisnya, perkataan Zofar berlaku bagi dirinya sendiri. Ia lancang menuduh Ayub tanpa bukti, bahkan ia berani memakai nama Allah untuk memojokkan Ayub agar bertobat, padahal ia sama sekali tidak memahami bahwa Ayub menderita karena dosanya. Kesalahan Zofar adalah refleksi sifat manusia yang gampang melihat kesalahan orang lain, namun sulit menyadari kelemahan diri sendiri. Oleh sebab itu, sebelum menegur atau menyalahkan orang lain, periksalah apakah Anda sendiri juga melakukan hal yang sama. [TF]
"Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu ..." Matius 7:3-4