Penghiburan kosong yang penuh tipu daya, demikianlah kesimpulan Ayub atas ucapan terakhir Zofar (21:34). Kesimpulan ini lahir dari pengetahuan Ayub akan maksud jahat Zofar yang berusaha dengan menghalalkan segala cara untuk memaksa Ayub mengakui bahwa semua penderitaan yang dialaminya adalah akibat hukuman Allah atas dosanya yang besar, sehingga selanjutnya Ayub harus mengakui dosa-dosanya dan bertobat (21:27).
Ayub menegur Zofar yang telah melakukan dua kesalahan fatal demi mencapai tujuan. Pertama, Zofar mempermainkan kebenaran dengan menyampaikan kebenaran yang tidak utuh. Menurut Zofar, semua orang fasik pasti berumur pendek dan hidup menderita. Oleh sebab itu, penderitaan Ayub pasti disebabkan oleh kefasikan hidupnya. Ayub mementahkan argumentasinya dengan jawaban bahwa banyak orang fasik adalah panjang umur, hidup bahagia bersama anak cucu, serta usahanya berhasil dan selalu mujur (21:7-13). Kedua, Zofar menganggap diri sendiri berhikmat sehingga memberanikan diri memakai nama Allah untuk menegur Ayub. Bagi Ayub, hikmat tertinggi ada pada Allah yang tidak membutuhkan pertolongan dan nasihat dari siapa pun juga (21:22). Ayub mengakui bahwa ia tidak memahami hikmat Allah yang membiarkan orang fasik menikmati kehidupannya dan mengizinkan dirinya yang jauh lebih baik dari orang fasik hidup dalam penderitaan (21:23-26).
Jawaban Ayub mengajarkan bahwa tidak semua penderitaan adalah akibat dari kefasikan, dan sebaliknya. Selain itu, waspadalah terhadap orang-orang di sekitar kita yang mengkompromikan kebenaran demi ambisi pribadi, bahkan memakai nama Allah untuk mencapai ambisinya, sambil kita mengingatkan diri sendiri agar tidak jatuh ke dalam kesalahan yang sama [TF]
"Alangkah hampanya penghiburanmu bagiku! Semua jawabanmu hanyalah tipu daya belaka!" Ayub 21:34