Sabtu, 17 Mei 2014
Bacaan Alkitab hari ini: Ayub 25-27
Dalam ilmu konseling, ada tiga hal mendasar yang harus dilakukan seorang konselor saat membimbing konseli (orang yang dibimbing):Pertama, mendengarkan konseli mengutarakan masalah dan pergumulannya (Listening). Kedua, menerima konseli apa adanya tanpa kecurigaan (Acceptance). Ketiga, berempati untuk merasakan apa yang dirasakan oleh konseli (Empathy). Tanpa ketiga hal itu, dapat dipastikan bahwa proses konseling pasti tidak dapat berjalan dengan baik.
Bildad bukan konselor yang baik karena dia bukan pendengar yang baik. Dia tidak berusaha mengerti masalah dan pergumulan sahabatnya, bahkan dia tidak memiliki perasaan empati. Oleh karena itu, Ayub tidak merasa ditolong dan dibimbing, melainkan dihakimi secara kejam (percakapan pertama di pasal 8 dan percakapan kedua di pasal 18).
Perhatikanlah pada sesi ketiga proses percakapan itu (25:1-6). Bildad sama sekali tidak menyentuh persoalan yang dihadapi Ayub, malah mengucapkan ucapan filosofis yang melantur dan berbelit-belit, tidak menyentuh esensi pergumulan Ayub. Selain itu, respons Ayub menunjukkan bahwa Bildad bukan konselor yang bijaksana. Ayub terpaksa melepaskan kata-kata sindiran—karena merasa telah dihakimi secara menyakitkan (26:2-4)—serta melancarkan serangan balik bagaikan pedang yang ditusukkan ke dada Bildad (27:1-23).
Membimbing orang yang sedang bermasalah memang tidak mudah. Sekalipun demikian, kita perlu belajar mendengarkan, menerima dan berempati kepada orang yang sedang menghadapi pergumulan. Jika Anda tidak mempunyai ketiga unsur mendasar itu, lebih baik diam dan tidak berkomentar. Berdoalah agar Tuhan menyediakan seorang pembimbing yang baik, sehingga orang itu dapat menerima keadaannya dan dapat mengatasi pergumulannya. [Souw]
Roma 12:15
“Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita
dan menangislah dengan orang yang menangis.”