Berbagai bangsa yang disebut dalam 9:1-7 berusaha mencari dan mengumpulkan hal-hal yang dinilai penting seperti kepandaian dan kebijaksanaan (9:2). Orang yang memiliki pengertian dan hikmat sangat dihargai oleh orang lain. Ada pula yang memupuk kekuatan, kekayaan, dan kemegahan (9:3). Kedigdayaan secara fisik amat dihargai oleh orang lain, bahkan orang yang digdaya bisa menjadi orang yang berkuasa atau berpengaruh terhadap orang lain.
Aspek-aspek yang disebutkan di atas--walaupun dimiliki dalam skala atau kuantitas yang besar--tidak akan sanggup melindungi manusia dari hukuman Allah yang merupakan upah atas dosa (9:4,6,7). Allah adalah Sang Pemilik dan Raja yang berdaulat atas seluruh isi dunia (9:1,10). Sayangnya, sejumlah suku bangsa tidak mengenal Allah yang sejati, sehingga mereka tidak hidup dalam takut akan Dia (9:1-8). Mereka menyangka bahwa mereka sedang menjalani kehidupan yang benar, padahal sebenarnya mereka sedang menuju kepada maut (Amsal 16:25).
Yang disebut sebagai orang percaya adalah orang yang mengakui bahwa Kristus adalah Tuhan yang berdaulat (9:9-10). Kenyataannya, tidak sedikit orang Kristen yang masih mendua hati. Oleh karena itu, sekitar 2000 tahun yang lalu, Rasul Paulus telah memberikan peringatan tentang bahaya pengaruh kesenangan duniawi yang bersifat sementara (1 Timotius 6:10, 2 Timotius 4:10). Tidak ada seorang pun yang dapat mengabdikan diri kepada dunia dan sekaligus kepada Tuhan (Matius 6:24). Apa gunanya seseorang mendapatkan seluruh dunia, namun kehilangan segala berkat yang tersedia di dalam Kristus (Matius 16:26)? [ECW]
"Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah. Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi." Kolose 3:1-2