Dalam berbagai konferensi internasional seperti yang biasa dihelat oleh PBB, kehadiran penerjemah tidak terasa asing. Para pemimpin negara dari berbagai bahasa di seluruh dunia berkumpul dan mendengarkan pidato sebagian perwakilan sambil mendengarkan penerjemah mereka melalui perangkat suara yang ada di telinga mereka. Peran para penerjemah itu sangat penting sebagai pembawa pesan demi terciptanya komunikasi dan relasi perdamaian antar bangsa. Kita tidak bisa membayangkan betapa kacaunya bila pesan yang mereka teruskan kepada para pemimpin negara itu keliru.
Di dalam Alkitab, Allah biasa memakai malaikat sebagai utusan penting pembawa pesan Allah bagi dunia. Tentu tidak ada yang meragukan betapa berkuasa dan mulianya malaikat dibandingkan manusia biasa. Itulah sebabnya saat malaikat menampakkan diri, banyak orang yang menjadi takut dan gentar. Jika malaikat saja begitu berkuasa dan mulia, bisakah kita bayangkan betapa mulianya Yesus Kristus? Ibrani 1:4-14 mengingatkan bahwa Yesus Kristus, Sang Anak Allah, jauh lebih tinggi daripada--dan bahkan disembah oleh--malaikat. Surat Ibrani memberikan perbandingan supaya kita bisa menempatkan Tuhan Yesus pada tempat yang seharusnya. Dalam Ibrani 2, penulis memperingatkan agar kita tidak melupakan pesan penting yang Allah bawa sepanjang sejarah, yakni pesan keselamatan. Sepanjang sejarah, malaikat dipakai Allah untuk menyampaikan pesan keselamatan dan kabar baik bagi umat-Nya. Tidak ada yang berani menolak pesan yang disampaikan malaikat. Kini, pesan itu disampaikan dengan lebih jelas dan lebih tegas oleh Yesus Kristus, Firman yang sudah menjadi daging. Yesus Kristus menjadi "corong ilahi" dari Allah yang berteriak keras. Saking kerasnya, Sang Anak Allah yang lebih tinggi dari malaikat itu rela untuk seketika menjadi lebih rendah dari malaikat ketika Dia mengambil rupa manusia.
Allah ingin agar kita tidak mengabaikan pesan keselamatan dari-Nya. Kita perlu selalu mengingat betapa berdosanya kita, sekaligus betapa besarnya anugerah Allah. Walaupun sudah bertahun-tahun menjadi Kristen, kita justru bisa menjadi paling rentan mengabaikan Allah. Keadaan biasa-biasa bisa membuat kita kehilangan kewaspadaan. Jalan satu-satunya adalah kembali mendekat kepada Sang "Corong Ilahi" yang sudah menyatakan diri kepada kita.