Ketika pergi ke tempat umum, kita pasti sering menemukan petugas kebersihan yang sedang mengepel lantai. Biasanya, ketika lantai sedang dibersihkan, mereka akan menaruh papan penanda kuning di lantai yang bertuliskan "Hati-hati, lantai licin!" Tulisan yang pasti menarik mata ini diletakkan untuk mengingatkan orang yang hendak lewat agar waspada supaya tidak jatuh ketika melangkah. Ketika kita menemukan tanda ini, umumnya kita akan secara spontan mulai berjalan lebih pelan dan mencoba menjauh dari tanda tersebut supaya tidak terpeleset.
Tanda peringatan inilah yang coba diletakkan oleh penulis Surat Ibrani di sepanjang suratnya, terutama di pasal 6. Sebelumnya, penulis menyinggung tentang betapa lambannya pertumbuhan rohani para pembacanya. Walaupun sudah lama menjadi orang Kristen, mereka masih memerlukan susu dan belum bisa memakan makanan keras (5:11-14). Kemungkinan besar, para anggota jemaat saat itu masih banyak yang mempertahankan tradisi Yahudi dengan segala ritualnya yang disebut sebagai "asas-asas pertama dari ajaran tentang Kristus" (6:1). Penulis Surat Ibrani mengajak mereka untuk segera beralih dari tradisi semacam itu dan tidak terjebak pada ritual semata yang membuat mereka "mangkrak"--atau tidak bertumbuh--secara rohani. Mereka harus mau berubah agar bisa bertumbuh menjadi dewasa secara rohani. Penulis menjelaskan bahwa ketidakdewasaan rohani bisa membuat mereka jatuh, bahkan murtad (6:4-6).
Penulis Surat Ibrani tidak bermaksud mengatakan bahwa seorang yang sudah percaya kepada Kristus bisa meninggalkan imannya, karena iman ditopang oleh anugerah Allah, bukan oleh kekuatan diri kita. Sebaliknya, ia mengingatkan bahwa sangat janggal jika seseorang mengaku percaya kepada pengorbanan Kristus, tetapi di saat yang sama bersikap tidak dewasa, meninggalkan iman, dan menghina Kristus. Kita sering kali mengerdilkan kekristenan menjadi hanya sekadar datang ke gereja, aktif melayani, tanpa terikat kepada Kristus. Papan peringatan yang diletakkan penulis Ibrani seharusnya menyadarkan kita untuk mengevaluasi hidup kita. Apakah Anda masih berusaha mengenal Kristus, mencintai Dia, dan mendengarkan suara-Nya? Satu-satunya jalan adalah dengan meninggalkan hidup lama kita dan melekat kepada Kristus, pengharapan hidup kita (6:19).