Salam sejahtera dalam kasih Kristus.
Walaupun pandemi belum berakhir, kita sudah sedikit bernafas lega karena masa-masa paling sulit telah lewat. Vaksinasi ketiga yang sudah berlangsung di berbagai daerah diharapkan bisa meminimalkan kemungkinan dampak puncak pandemi yang mungkin saja masih akan datang berkaitan dengan adanya Covid-19 varian omicron. Kita berharap bahwa program vaksinasi akan bisa terus dipercepat dan kekebalan kelompok (herd community) segera terbentuk, sehingga aktivitas masyarakat bisa segera mencapai kenormalan baru. Kita perlu terus berdoa agar gereja tidak salah langkah saat menyelenggarakan ibadah tatap muka terbatas. Kita juga perlu berdoa agar pandemi ini tidak membuat kerohanian kita merosot, tetapi agar pandemi ini bisa mendewasakan iman kita.
Pada edisi ini, kita akan bersama-sama merenungkan dua kitab nabi kecil, yaitu kitab Obaja dan kitab Yunus, Injil Yohanes, dan beberapa pasal kitab Mazmur. Kita juga akan bersama-sama mengikuti renungan Masa Sengsara dan Paskah yang terintegrasi dengan renungan Injil Yohanes. Kitab Obaja adalah kitab nubuat tentang hukuman bagi bangsa Edom. Walaupun Esau--nenek moyang bangsa Edom--masih bersaudara dengan Yakub--nenek moyang bangsa Israel--hubungan bangsa Edom dan bangsa Israel sangat buruk. Saat Kerajaan Yehuda runtuh dan rakyat Yehuda dibawa sebagai tawanan ke Babel, bangsa Edom justru merasa senang. Itulah yang membuat bangsa Edom dihukum oleh Tuhan. Kitab Yunus membicarakan tentang Nabi Yunus yang enggan untuk diutus ke kota Niniwe. Akan tetapi, Tuhan dengan cara yang unik "memaksa" Nabi Yunus untuk pergi dan membuat bangsa Niniwe bertobat karena Tuhan menyayangi penduduk kota Niniwe yang jahat itu. Injil Yohanes adalah kitab Injil yang keempat. Bila ketiga kitab Injil yang pertama--yaitu Matius, Markus, dan Lukas--memiliki banyak kesamaan, Injil keempat ini menyampaikan banyak kisah pilihan yang tidak dibahas dalam ketiga kitab Injil yang pertama. Injil Yohanes ini ditulis "supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya." (Yohanes 20:31). Yohanes 18-20--yang membicarakan tentang penangkapan sampai kebangkitan Yesus Kristus--dipakai sebagai bahan perenungan saat kita merenungkan penangkapan, kematian dan kebangkitan Yesus Kristus. Semoga GeMA edisi ini menjadi berkat bagi kita semua.
Jangan Bersukacita Saat Saudaramu Susah!
Esau dan Yakub adalah anak kembar dari Ishak, bapak leluhur Israel. Relasi di antara kedua saudara sekandung tersebut sempat menjadi sangat tegang karena tindakan Yakub yang berpura-pura menjadi Esau (Kejadian 27). Setelah lebih dari dua puluh tahun tidak berjumpa (bandingkan dengan Kejadian 31:38,41), Alkitab memperlihatkan bahwa Esau dan Yakub berbaikan kembali. Akan tetapi, tidak ada petunjuk bahwa relasi antara Esau dengan Yakub telah menjadi erat. Keturunan Esau berkembang menjadi bangsa Edom (Kejadian 36), sedangkan dari Yakub lahirlah bangsa Israel (Kejadian 32:28).
Ketegangan terus mewarnai relasi di antara kedua bangsa tersebut. Ketika bangsa Israel hendak memasuki Tanah Perjanjian, mereka meminta izin dengan baik-baik kepada bangsa Edom untuk melewati wilayah mereka. Akan tetapi, Edom menolak dengan sangat keras (Bilangan 20:14-21). Bangsa Edom tahu akan kebesaran Allah yang telah mengeluarkan bangsa Israel dari Mesir dan menyertai mereka dalam perjalanan di padang gurun (Keluaran 15:15), namun bangsa Edom tidak mau menundukkan diri mereka pada bangsa Israel. Sejak zaman Raja Saul, mereka dikenal sebagai salah satu musuh bangsa Israel (1 Samuel 14:47). Ternyata bahwa bangsa Edom tidak berdaya menghadapi bangsa Israel, sehingga akhirnya "seluruh wilayah Edom diperbudak oleh Daud" (2 Samuel 8:14).
Bangsa Israel mengalami kemunduran secara spiritual dan moral pada masa raja-raja setelah Raja Daud. Sekitar tahun 721 BC, Samaria--Ibu Kota Kerajaan Israel Utara--dikalahkan oleh Kerajaan Asyur, sedangkan Yerusalem--Ibu kota Kerajaan Yehuda--dihancurkan oleh Kerajaan Babel pada kisaran tahun 586 BC. Tembok-tembok kota dihancurkan, Bait Allah dimusnahkan, banyak orang menjadi korban, dan sebagian penduduk Yerusalem ditawan ke Babel. Saat menyaksikan kejatuhan Yehuda, bangsa Edom bersukacita (1:12, Ratapan 4:21), bahkan bangsa Edom mengolok-olok bangsa Israel pada saat kejatuhan tersebut (1:11-12) serta turut melakukan kekerasan (1:10,13,14), padahal kedua bangsa itu sebenarnya masih bertalian darah.
Peristiwa di atas melatarbelakangi nubuat yang disampaikan oleh Nabi Obaja kepada umat Israel yang sedang berada pada awal masa pembuangan di Babel. Dalam kitab Obaja, pembaca akan menemukan peringatan atas kehancuran bangsa Edom berikut penyebabnya (1:1-14), peringatan kehancuran universal (1:15-16), pemulihan Israel (1:17-20), dan pemulihan universal (1:21). [Pdt. Emanuel Cahyanto Wibisono]
Umat Yehuda yang sedang berada dalam pembuangan di Babel tampak merasa terluka terhadap Edom. Saat bangsa Israel hendak memasuki Tanah Perjanjian, Musa menyampaikan permohonan dengan kata-kata yang ramah kepada Edom, (Bilangan 20:14-21). Musa berpesan agar bangsa Israel tidak menganggap keji orang Edom, "sebab ia saudaramu." (Ulangan 23:7). Sikap orang Edom--keturunan Esau--tampak kontras. Sewaktu Yerusalem dihancurkan oleh Babel, bangsa Edom ikut melakukan tindakan yang jahat terhadap umat Yehuda (1:10), yaitu merasa gembira menyaksikan Yerusalem jatuh (1:11-12), bahkan ikut menjarah barang-barang penduduk Yerusalem yang telah diluluhlantakkan oleh Babel (1:13). Tidak berhenti di situ, Edom malahan membinasakan mereka yang terluput dari kekejaman Babel (1:14).
Dalam keadaan yang tertekan karena umat Yehuda dikalahkan oleh Babel dan menghadapi kekejian Edom, Nabi Obaja menyampaikan nubuat dari Allah. Allah menyatakan bahwa Edom akan menerima hukuman Allah dalam bentuk kekalahan dan kehancuran seperti yang dialami umat Yehuda (1:5-9). Allah menjanjikan pemulihan bagi umat Yehuda. Mereka akan berkuasa atas bangsa Edom (1:18-19), dan akan kembali tinggal di Tanah Perjanjian (1:17). Nubuat Obaja semestinya menghibur dan memberi pengharapan bagi bangsa Yehuda. Umat Yehuda yang mendengar langsung nubuat Nabi Obaja itu belum mengalami penggenapan janji Allah tersebut, sedangkan kita sudah tahu bahwa Allah kemudian membawa umat Yehuda ke Tanah Perjanjian. Bahkan, saat ini, kita sudah mengalami penggenapan janji kedatangan Sang Mesias yang telah menebus manusia dari jerat dosa yang sia-sia.
Walaupun kita masih mengalami berbagai kesulitan akibat bencana pandemi covid-19, kiranya kita terhibur dan dapat memupuk harapan sebab Allah itu setia. Allah telah menggenapi janji-janji-Nya di masa lalu, apakah Anda yakin bahwa Allah pasti akan menggenapi janji-janji-Nya yang lain yang telah tertulis dalam Alkitab? Allah adalah Raja yang berdaulat dalam hidup kita (1:21). Apakah Anda telah menjalani hidup dengan menaati kehendak-Nya? Ingatlah bahwa Allah akan menghukum manusia berdosa (1:15). Apakah Anda telah mengabarkan penebusan dalam Kristus, sehingga semakin banyak orang yang mengalami penggenapan janji Allah yang mendatangkan damai sejahtera itu (Yeremia 29:11)? Kiranya Tuhan menolong kita! [Pdt. Emanuel Cahyanto Wibisono]