Sikap Yohanes Pembaptis saat kehilangan popularitas (3:26-30) perlu diperhatikan oleh setiap orang yang ingin melayani Tuhan Yesus. Ingatlah bahwa pelayanan pembaptisan dimulai oleh Yohanes Pembaptis, bahkan Yohanes Pembaptis-lah yang membaptis Yesus Kristus. Akan tetapi, ternyata bahwa murid-murid Tuhan Yesus juga membaptis dan pelayanan Tuhan Yesus lebih populer daripada pelayanan Yohanes Pembaptis (3:26; 4:2). Sekalipun demikian, Yohanes Pembaptis tidak merasa sakit hati saat popularitasnya berkurang. Ia sadar bahwa tugasnya adalah mempersiapkan pelayanan Yesus Kristus. Jadi, Yesus Kristus adalah fokus pelayanan Yohanes Pembaptis. Saat Yesus Kristus menjadi lebih populer daripada dirinya, Yohanes Pembaptis sama sekali tidak merasa iri hati atau merasa tersaingi karena dia beranggapan bahwa popularitas Yesus Kristus itu sudah semestinya (3:28-30). Pada masa kini, seharusnya tujuan pelayanan gereja adalah agar Kristus dimuliakan. Oleh karena itu, bila ada gereja atau rohaniwan yang dianggap "berebut domba" dengan gereja atau rohaniwan lain, anggapan itu menyedihkan dan sekaligus memalukan karena "perebutan domba" itu menunjukkan bahwa kemuliaan Kristus tidak diutamakan. Yang lebih tragis, kadang-kadang, relasi pelayanan dalam satu gereja bisa menjadi suatu kompetisi untuk memperebutkan popularitas atau menjadi arena untuk meraih keuntungan pribadi.
Bila fokus pelayanan kita--baik sebagai komunitas gereja atau sebagai pribadi--menempatkan Yesus Kristus sebagai yang paling utama, ciri utama yang seharusnya muncul adalah hubungan kerja sama yang saling menyukseskan. Kerja sama semacam itu akan meniadakan sekat-sekat ego sektoral (mementingkan kelompok sendiri). Setiap orang seharusnya bukan hanya memikirkan apa yang harus dilakukan agar dirinya dinilai sukses, tetapi juga memikirkan bagaimana orang lain bisa sukses atau bagaimana tim pelayanannya bisa sukses. Evaluasilah pelayanan Anda selama ini: Apakah Anda benar-benar menginginkan agar Allah dimuliakan melalui pelayanan Anda? Saat rekan Anda memerlukan bantuan, apakah Anda memberi bantuan dengan sukarela? Apakah Anda bersedia berkorban untuk kepentingan pelayanan yang Anda jalankan? Saat Anda merasa diabaikan, disalah mengerti, atau direndahkan, apakah Anda tetap berusaha melakukan yang terbaik agar Tuhan dimuliakan melalui pelayanan Anda?