Hikmat Allah sangat kontras dengan hikmat dunia. Bagi Allah, jalan salib adalah jalan keselamatan menuju kemuliaan. Bagi dunia, jalan salib adalah jalan penderitaan menuju kehinaan. Bagi Tuhan Yesus, Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan melayani dan memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang (Markus 10:45). Bagi dunia, pimpinan sudah selayaknya dilayani, bukan melayani pengikutnya. Bila perlu, pengikutlah yang harus bersedia memberikan nyawanya bagi sang pemimpin. Perhatikanlah struktur organisasi di mana pun juga. Posisi pemimpin selalu di puncak, bukan di bawah, dilayani, bukan melayani. Tuhan Yesus merendahkan diri dengan memberi teladan mencuci kaki murid-murid-Nya (Yohanes 13:14), sedangkan para ahli Taurat dan orang Farisi sengaja memamerkan perbuatan yang membuat banyak orang menghormati dan meninggikan mereka (Matius 23:1-7). Naluri manusia selalu ingin memiliki, tetapi Tuhan mengajar kita untuk melepas (Kisah Para Rasul 20:35). Sebagai pengikut Kristus, Rasul Paulus sangat mengerti kebenaran ini. Baginya, mati adalah keuntungan [karena akan tinggal bersama Kristus], dan hidup adalah Kristus (Filipi 1:21), tetapi dunia mengajarkan bahwa kematian adalah puncak kengerian, dan hidup adalah untuk diri sendiri. Daftar perbedaan mencolok antara hikmat Allah dan hikmat dunia dapat terus ditambahkan jika kita membenturkan praktik/prinsip/nilai/filosofi pilihan yang dibuat manusia dalam kehidupan sehari-hari dengan apa yang tertulis dalam Kitab Suci.
Kenyataannya, tidak semua orang dapat memiliki hikmat Allah. Ada syarat untuk memperoleh hikmat Allah. Rasul Paulus dengan jelas menuliskannya. Hikmat Allah hanya dapat diakses oleh mereka yang memiliki pikiran Kristus, yaitu mereka yang kepadanya Allah telah menyatakannya oleh Roh (1 Korintus 2:10,12). Secara sederhana, hanya mereka yang menerima roh--yang berasal dari Allah--yang memiliki pikiran Kristus. Kebenaran ini mutlak dibutuhkan oleh siapa saja yang ingin mendapat hikmat Allah, menerimanya sebagai kebenaran, dan mempraktikkannya dalam hidup sehari-hari. Kebenaran ini perlu dikejar dan dikerjakan oleh setiap orang percaya sepanjang hidupnya dalam proses pertumbuhannya menjadi manusia Kristus yang utuh. Bukankah menjadi dewasa di dalam Kristus berarti memiliki pikiran Kristus?
Untuk bisa menerima hikmat Allah, langkah pertama yang harus Anda lakukan adalah menerima penyataan Allah oleh Roh. Langkah kedua adalah mengonsumsi makanan sehat bagi pikiran Anda. Apakah waktu Anda banyak dihabiskan untuk infotainment, media sosial, berita politik menjelang Pemilu 2024, atau untuk membaca Alkitab, buku rohani, dan khotbah yang memuliakan Kristus?