Apa yang akan dilakukan gereja saat mendapati salah seorang penatuanya berselingkuh? Apakah gereja berani menjalankan disiplin gerejawi terhadap dosa yang terlihat jelas dilakukan oleh para anggotanya? Gereja harus membayar mahal jika tidak berani bertindak tegas terhadap dosa yang terdapat dalam jemaat. Selain terpolarisasi (terbentuknya kelompok-kelompok sebagai hasil bisik-bisik di antara jemaat), gereja akhirnya menjadi lumpuh karena anggota jemaat kecewa dan apatis terhadap para pemimpinnya. Tindakan pendisiplinan tidak boleh dimotivasi oleh keberpihakan, apalagi dilandasi oleh dendam. Pendisiplinan harus bertujuan untuk menolong atau menyembuhkan pelaku.
Ada percabulan yang keterlaluan sedang terjadi dalam jemaat Korintus (5:1). Sayangnya, kasus itu dibiarkan saja, bahkan jemaat merasa bangga (sombong). Rasul Paulus menegaskan bahwa jemaat harus bertanggung jawab untuk menjaga standar moral yang sesuai dengan firman Tuhan. Walaupun Tuhan Yesus memerintahkan kita untuk tidak menghakimi orang lain (Matius 7:1), Ia juga memerintahkan kita untuk tidak menoleransi ajaran sesat yang berkompromi dengan dosa (Matius 16:5-12). Rasul Paulus tahu jelas bahwa perilaku berdosa secara terang-terangan yang tidak didisiplin akan membahayakan orang percaya lainnya (1 Korintus 5:6). Sikap membiarkan dosa yang dilakukan secara terang-terangan dalam gereja akan memengaruhi seluruh anggota jemaat. Setiap hari, orang percaya harus bergumul dengan dosa, sehingga Rasul Paulus tidak menuntut kita untuk menjadi tidak berdosa. Akan tetapi, ia menentang orang yang sengaja berbuat dosa tanpa merasa bersalah dan tanpa kesediaan untuk bertobat. Dosa yang disengaja tidak dapat ditoleransi dalam gereja karena berdampak merusak seluruh jemaat. Seperti sedikit ragi dapat membuat adonan roti mengembang, demikian pula dosa yang disengaja pasti memengaruhi anggota jemaat yang lain. Rasul Paulus memerintahkan kita untuk menjauhkan diri dari orang yang mengaku Kristen, namun tetap sengaja melakukan dosa.
Sebagai anggota tubuh Kristus, kita mempunyai tanggung jawab terhadap orang percaya yang lain. Kita bukan hanya harus saling menguatkan, mendoakan, dan membangun satu sama lain, tetapi kita juga tidak boleh bersikap toleran atau berkompromi terhadap dosa yang mengancam kesehatan rohani orang percaya yang lain. Dosa bukan hanya membahayakan, tetapi juga meredupkan citra Allah dalam diri seseorang. Gereja yang membiarkan dosa tidak akan dapat menjadi garam dan terang dunia. Apakah para pemimpin di gereja Anda telah siap dan berani mempraktikkan disiplin gerejawi?