REDAKSI
Salam sejahtera dalam kasih Kristus.
Selamat Tahun Baru! Kita bersyukur bahwa Tuhan telah menyertai dan memberi kekuatan kepada kita dalam menghadapi keadaan yang sulit pasca pandemi, terutama dalam hal kondisi ekonomi. Perubahan besar dalam tata kelola ekonomi yang diawali oleh perkembangan ekonomi digital telah membuat banyak perusahaan terguncang, banyak orang kehilangan pekerjaan, dan kemiskinan semakin meningkat. Guncangan dalam aspek ekonomi ini masih ditambah dengan terjadinya berbagai bencana alam serta perubahan iklim yang diakibatkan oleh pemanasan global. Dalam kondisi semacam ini, hanya ada satu tempat aman bagi kita, yaitu bersandar kepada pemeliharaan Allah. Dari sisi manusiawi, kita juga harus membentuk kebiasaan baru dalam upaya beradaptasi dengan kondisi yang terus berubah.
Pada GeMA edisi kali ini, kita akan mengikuti renungan tahun baru serta merenungkan kitab 1-2 Raja-raja dan mengawali perenungan Injil Lukas. Dalam renungan tahun baru, kita diingatkan agar pada tahun ini, kita bersungguh-sungguh merencanakan untuk menanggalkan kehidupan yang diwarnai oleh manusia lama kita yang berdosa dan menjalani gaya hidup yang baru yang dilandasi dengan mengenakan manusia baru. Melalui kitab 1-2 Raja-raja, kita diingatkan bahwa kehidupan kita terutama ditentukan oleh sikap kita kepada Allah. Bila kita taat kepada Allah, kita akan mengalami berkat dan perlindungan Allah. Bila kita meninggalkan Allah, kita akan berhadapan dengan hukuman Allah. Hukuman Allah tidak boleh dipandang secara negatif, tetapi harus dipandang sebagai anugerah Allah yang menuntun kita agar kembali kepada Allah. Melalui perenungan Injil Lukas, kita akan diingatkan bahwa berita Injil itu adalah kabar baik bagi semua orang dari segala bangsa, bukan hanya kabar baik bagi orang Yahudi saja. Kami berharap bahwa melalui perenungan GeMA pada edisi ini, kita akan menjadi lebih tekun menempuh jalan yang sesuai dengan kehendak Tuhan dan menjauhi jalan hidup orang berdosa.
Kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada para penulis GeMA, para penerjemah, dan staf pelayan yang telah bersusah payah mempersiapkan GeMA edisi ini di tengah kesibukan mereka mengerjakan tanggung jawab mereka dalam pekerjaan dan pelayanan. Kami juga tetap mendorong agar kita semua terus bertekun dalam pembacaan Kitab Suci dan terus berjuang untuk melaksanakan kehendak Allah dalam kehidupan sehari-hari. Kiranya Tuhan mencurahkan berkat-Nya kepada kita semua pada tahun yang baru ini.
Kebaruan di Tahun yang Baru (Tahun Baru)
Rabu, 1 Januari 2025
Bacaan Alkitab hari ini:
Efesus 4:20-24
Selamat tahun baru 2025! Sukacita perayaan Natal telah usai dan tahun baru sudah kita jelang. Tahun baru mungkin memberi asa—artinya harapan atau semangat—yang baru. Bagi sebagian orang, tahun baru adalah saat dimulainya pengalaman baru, misalnya pekerjaan baru, bisnis baru, rumah baru, dan sebagainya. Akan tetapi, jangan-jangan kita menjalani tahun baru dengan cara berpikir, cara bicara, kebiasaan, tingkah laku, pola ekspresi emosi, dan gaya hidup yang sama dengan tahun-tahun sebelumnya. Kebaruan yang ada di tahun yang baru—dalam contoh-contoh seperti disebutkan di atas—merupakan aspek penting, tetapi tidak sangat mendasar, yang wajar bila terjadi dalam diri kita.
Kristus yang menjadi manusia dan kita rayakan kedatangan-Nya di hari Natal bukan hanya memberi contoh hidup yang baik dan benar, bukan pula sekadar mengajarkan kebenaran sejati. Yesus Kristus, Allah yang menjadi manusia itu, datang ke dunia untuk mati di kayu salib dan bangkit kembali. Natal berujung pada Paskah. Kristus datang dengan tujuan menebus manusia yang tidak berdaya karena dosa. Allah menghendaki agar selama di dunia, kita bertumbuh makin serupa dengan Kristus dalam segala hal (Efesus 4:15). Artinya, kita bertumbuh baik dalam aspek keagamaan—seperti lebih rajin beribadah, lebih tekun berdoa, lebih rajin membaca Alkitab, lebih berkomitmen dalam pelayanan gereja—maupun dalam kebiasaan, perilaku, cara bicara, cara berpikir, cara mengungkapkan emosi, gaya hidup, dan sebagainya. Salah satu langkah penting yang wajar kita lakukan adalah menanggalkan manusia lama serta mengenakan manusia baru. Manusia lama—dikatakan oleh Rasul Paulus—"menemui kebinasaannya", sedangkan manusia baru "diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya" (Efesus 4:22, 24). Secara sederhana, maksud Rasul Paulus itu bisa digambarkan seperti menanggalkan pakaian lama dan mengenakan pakaian baru. Setelah aktivitas yang panjang selama satu hari, pakaian yang kita kenakan telah kotor sehingga wajar bila pakaian lama itu diganti dengan pakaian baru yang bersih. Kita tidak akan terus mengenakan pakaian lama untuk aktivitas esok hari, bukan?
Marilah kita serius menentukan manusia lama yang akan kita tanggalkan dan manusia baru yang akan kita kenakan. Misalnya, kita mungkin "menanggalkan" kebiasaan cepat marah dan "mengenakan" penguasaan diri atau "menanggalkan" kesombongan dan "mengenakan" kemurahhatian. Apakah manusia lama yang akan Anda lepaskan dan manusia baru yang akan Anda kenakan? Kiranya Tuhan menolong sehingga kebaruan yang sejati terwujud di tahun yang baru ini!