Menilai diri secara apa adanya itu tidak mudah. Pada umumnya, kita mudah melihat kesalahan atau kekurangan orang lain, tetapi kita sulit melihat kesalahan atau kekurangan diri sendiri. Kecenderungan ini membuat kita bisa membuat penilaian secara berlebihan. Diperlukan ketulusan hati agar kita dapat melakukan penilaian secara jujur.
Dalam bacaan Alkitab hari ini, Tuhan Yesus menyebut tentang dua peristiwa yang menimbulkan banyak korban jiwa, yaitu pembunuhan terhadap orang-orang Galilea yang sedang mempersembahkan kurban dan musibah delapan belas orang yang mati ditimpa menara. Kedua peristiwa ini memunculkan pembicaraan bahwa para korban dalam kedua peristiwa itu mati karena melakukan dosa yang besar. Orang-orang yang melontarkan pemikiran seperti itu membangun kebanggaan dengan menganggap diri mereka lebih baik daripada para korban. Akan tetapi, Tuhan Yesus mengatakan bahwa mereka harus bertobat karena mereka tidak lebih baik daripada para korban itu (13:1-5). Dalam kisah berikutnya, seorang kepala rumah ibadat mengkritik tindakan penyembuhan yang dilakukan Tuhan Yesus pada hari Sabat. Tuhan Yesus mengatakan bahwa larangan menyembuhkan pada hari Sabat itu tidak konsisten dengan kebiasaan memberi minum ternak pada hari Sabat (13:10-16). Jadi, larangan melakukan penyembuhan pada hari Sabat itu tidak dilandasi ketulusan terhadap aturan Sabat, tetapi semata-mata dilandasi oleh keinginan mencari-cari kesalahan.
Kecenderungan mengkritik itu biasanya disebabkan karena harga diri yang rendah. Harga diri yang rendah biasanya terjadi pada orang yang terlalu sering dikritik saat masih kecil. Kritik yang diterima saat masih kecil itu membangkitkan semangat mengkritik orang lain supaya orang lain tidak terlihat lebih baik daripada dirinya. Dengan mengkritik orang lain, dia ingin dianggap lebih baik daripada orang yang dia kritik. Kita perlu menyadari bahwa dalam pandangan Allah, semua orang adalah orang berdosa yang memerlukan anugerah pengampunan di dalam Kristus. Orang yang terlalu sering dikritik pada masa kecil perlu menyadari bahwa dirinya berharga bukan karena pujian orang lain, tetapi karena dirinya dikasihi oleh Tuhan. Kasih Allah yang telah memberikan Yesus Kristus untuk mati bagi manusia berdosa itu merupakan bukti bahwa manusia itu berharga di mata Tuhan. Apakah Anda sudah menerima anugerah pengampunan yang tersedia di dalam Kristus? Apakah Anda menyadari bahwa dalam pandangan Allah, Anda berharga? Apakah Anda menyadari bahwa mengkritik orang lain tidak membuat diri Anda menjadi lebih berharga?