Masa sengsara Tuhan Yesus diawali dengan pengkhianatan Yudas. Pengkhianatan adalah tindakan yang sangat menyakitkan. Orang yang berkhianat umumnya adalah pengecut yang tidak berani bertindak secara terang-terangan, tetapi hanya berani menikam dari belakang. Pengkhianatan ini sangat melukai hati, sehingga banyak orang yang menyimpan dendam selama bertahun-tahun saat merasa dikhianati oleh orang yang sebelumnya sangat dipercaya. Pengkhianatan yang dilakukan Yudas ini sangat tragis karena Yudas adalah murid Tuhan Yesus yang dipilih untuk menjadi bendahara. Biasanya, bendahara adalah posisi yang dipegang oleh orang yang dianggap bisa dipercaya. Yang lebih tragis, pengkhianatan itu dilakukan dalam kerja sama dengan para pemimpin agama—yaitu orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat—yang diharapkan memiliki standar moral yang tinggi. Sekalipun Tuhan Yesus sudah mengetahui bahwa ada konspirasi pengkhianatan, Dia tidak membongkar konspirasi itu. Ketaatan-Nya terhadap kehendak Allah membuat Tuhan Yesus menerima konspirasi pengkhianatan itu tanpa berusaha melawan.
Apakah Anda pernah dikhianati oleh pasangan Anda atau orang-orang yang dekat dengan diri Anda? Bila Anda pernah dikhianati, Anda akan memahami rasa sakit yang dialami Tuhan Yesus akibat pengkhianatan itu. Sekalipun demikian, Tuhan Yesus tidak pernah menunjukkan rasa kesal dan juga tidak pernah memiliki keinginan membalas. Apa yang membuat Tuhan Yesus bisa tabah menghadapi pengkhianatan? Ketabahan Tuhan Yesus disebabkan karena kasih-Nya yang besar terhadap umat manusia dan karena Ia taat secara mutlak kepada kehendak Allah Bapa-Nya. Bila Anda terus menumbuhkan kasih dalam hati Anda, Anda tidak akan mudah merasa sakit hati. Bila Anda memiliki komitmen untuk bersikap taat secara mutlak terhadap kehendak Allah, Anda tidak akan memiliki keinginan untuk main hakim sendiri, melainkan Anda akan pasrah terhadap rencana Allah atas hidup Anda.
Bacaan Alkitab hari ini mengajarkan beberapa hal penting kepada kita: Pertama, para pemimpin agama atau orang-orang yang menjadi idola dalam masyarakat tidak kebal dosa, sehingga kita tidak perlu merasa heran atau merasa terpukul saat keputusan atau tindakan mereka tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan. Kedua, kita harus belajar untuk mengasihi semua orang sebagaimana Allah telah lebih dahulu mengasihi kita tanpa syarat. Apakah Anda masih menyimpan dendam terhadap seseorang yang pernah mengkhianati Anda? Dengan mengingat bahwa Allah telah lebih dahulu mengampuni semua dosa Anda, bersediakah Anda memaafkan pengkhianatan tersebut?