Yesus Kristus diperlakukan secara tidak adil. Dia ditangkapdan dibawa ke rumah imam besar tanpa alasan yang masuk akal. Bila mengingat bahwa Dia adalah Manusia sejati, Dia memerlukan rasa simpati, terutama dari para murid-Nya yang merupakan orang-orang terdekat. Akan tetapi, murid-murid-Nya amat mengecewakan. Petrus—yang menganggap dirinya sebagai orang yang akan selalu setia kepada Gurunya, ternyata ketakutan saat Gurunya ditangkap dan diadili. Petrus tidak berani terus terang mengakui identitasnya sebagai murid Yesus Kristus saat dia ditanya oleh seorang hamba perempuan dan oleh dua orang lain (22:56-60). Mari kita berpikir seandainya kita dalam posisi sebagai Yesus Kristus dan sedang dalam keadaan sangat tertekan, lalu seorang murid yang juga merupakan sahabat kita menyangkal bahwa dia mengenal diri kita karena dia takut terseret oleh masalah yang kita hadapi. Bagaimana perasaan Anda saat dalam keadaan seperti itu? Apakah Anda bisa memaafkan sahabat yang mencari aman saat menghadapi risiko? Apakah Anda bisa memaafkan kesalahan semacam itu?
Kita bersyukur karena Yesus Kristus, Sang Mesias itu, ternyata memiliki hati yang terbuka untuk memaafkan kesalahan manusia. Hati-Nya penuh kasih dan pengampunan. Setelah Petrus menyangkal Gurunya tiga kali, "Lalu berpalinglah Tuhan memandang Petrus." (22:61a). Pandangan itu membuat Petrus keluar meninggalkan halaman rumah imam besar, lalu menangis dengan sedih (22:62). Petrus amat menyesal karena dia telah menyangkal Gurunya. Apakah sikap penyesalan Petrus sama dengan sikap penyesalan Yudas yang telah mengkhianati Tuhan Yesus (Matius 27:3)? Ternyata bahwa sikap mereka berbeda! Petrus menyesal dan bertobat sehingga dia bisa dipakai Tuhan untuk menjadi pemberita Injil yang setia sampai mati dan dikenal sebagai rasul untuk orang Yahudi atau untuk orang yang bersunat (Galatia 2:8), sedangkan Yudas menyesal, tetapi dia tidak mau bertobat dan memilih untuk bunuh diri dengan cara menggantung diri (Matius 27:5). Apa yang membuat Petrus menyesal, tetapi dia tidak bunuh diri seperti Yudas? Hampir bisa dipastikan bahwa saat Tuhan Yesus memandang Petrus (22:61a), pandangan-Nya tidak menunjukkan kemarahan atau sikap menyalahkan, tetapi pandangan-Nya tetap penuh kasih. Kasih itulah yang meluluhkan hati Petrus dan membuat ia menangis, bertobat, dan hidupnya berubah.
Apakah Anda pernah dikhianati oleh keluarga atau sahabat Anda? Saat dikhianati, apakah Anda bisa tetap mengasihi dan mengampuni orang yang mengkhianati Anda? Apakah Anda bersedia meneladani Yesus Kristus yang telah lebih dahulu mengampuni diri Anda