Sebagai pemimpin, Pilatus tidak bisa lari dari tanggung jawab. Dia harus mengambil keputusan meskipun keputusan itu memiliki konsekuensi yang merugikan dirinya. Sayangnya, saat berhadapan dengan konsekuensi yang merugikan, dia tidak berani mempertahankan kebenaran. Dia tidak berani melepaskan Kristus walaupun ia tahu bahwa Kristus tidak bersalah. Dia berkompromi dengan melawan hati nuraninya sendiri dan memenuhi tuntutan massa untuk menyalibkan Kristus (23:13-24). Secara hukum pada masa itu, Pilatus berwewenang untuk membebaskan atau menjatuhkan hukuman kepada Yesus Kristus. Oleh karena itu, walaupun keputusan diambil dengan berat hati, Pilatus tetap harus bertanggung jawab atas keputusan itu, sehingga nama Pontius Pilatus tetap melekat dalam Pengakuan Iman Rasuli sampai saat ini. Sikap Pilatus yang tidak berani mempertahankan kebenaran amat berbeda dengan sikap Tuhan Yesus. Sejak memulai pelayanan-Nya di bumi ini, Kristus telah menyadari bahwa Dia datang ke dunia untuk mati menanggung dosa umat manusia di kayu salib, dan Dia tidak pernah melarikan dari tanggung jawab-Nya terhadap Allah Bapa-Nya. Dia senantiasa mengasihi dan melindungi para murid-Nya. Dia menghadapi penderitaan tanpa protes terhadap Allah Bapa-Nya. Ia menghadapi penderitaan yang berat dengan kesadaran penuh! Dalam bacaan Alkitab hari ini, seorang yang bernama Simon dari Kirene dipaksa untuk memikul salib yang sebelumnya dipikul oleh Tuhan Yesus. Pemaksaan ini tidak berarti bahwa Yesus Kristus ingin melepaskan tanggung jawab karena pemaksaan ini tidak dilakukan oleh Tuhan Yesus, melainkan oleh para prajurit Romawi, dan pemaksaan ini dilakukan karena Tuhan Yesus sudah terlalu lelah setelah menjalani pemeriksaan sepanjang malam tanpa istirahat!
Orang percaya tidak diminta untuk menempuh penderitaan seperti Tuhan Yesus. Akan tetapi, setiap orang percaya memiliki salib yang harus ia pikul, dan wujud salib ini berbeda-beda bagi setiap orang. Akan tetapi, Tuhan Yesus bersabda, "Jika seseorang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari, dan mengikut Aku." (9:23). Salib itu mungkin berat, tetapi salib itu akan terasa ringan karena Kristus memberi kekuatan kepada kita. Salib itu mungkin sukar, tetapi kita tidak perlu putus asa bila kita bersandar kepada Allah karena Ia pasti akan memberikan jalan keluar kepada kita. Salib itu mungkin berupa bahaya yang mengancam, tetapi kita tidak perlu merasa takut karena tidak ada sesuatu pun yang bisa terjadi tanpa izin Allah dan kita sudah memiliki jaminan tempat di surga. Apakah Anda siap menanggung risiko, termasuk bila Anda menjadi pemimpin?