Bacaan Alkitab hari ini merupakan kesempatan untuk bercermin. Bukankah banyak orang atau gereja yang mengeluh saat menghadapi tantangan dalam pelayanan? Rasul Paulus menghadapi tantangan dari berbagai arah. Selain menghadapi tantangan dari orang Yahudi yang cemburu melihat kesuksesannya dalam memberitakan Injil, dia juga menghadapi tantangan dari para pemeluk agama kafir, yaitu dari para pengrajin patung yang merasa dirugikan karena pertobatan orang kafir membuat jumlah pesanan pembuatan patung berhala yang mereka terima berkurang. Para pengrajin itu membangkitkan emosi massa untuk mendesak agar Rasul Paulus dan anggota tim misinya menghentikan usaha pemberitaan Injil. Emosi massa yang sudah tersulut itu membuat suasana menjadi kacau balau walaupun kebanyakan orang sebenarnya hanya ikut-ikutan dan tidak memahami apa yang sebenarnya terjadi. Yang menarik adalah bahwa orang yang berhasil meredam emosi massa adalah sekretaris kota. Dia berpikir secara jernih sehingga berhasil meredam emosi massa.
Walaupun menghadapi ancaman, semangat Rasul Paulus dalam melayani tidak pernah menjadi pudar. Ia menguatkan hati para murid di Efesus, lalu ia melanjutkan perjalanan dan tiba di tanah Yunani. Ketika ia hendak berlayar ke Siria, orang-orang Yahudi bersekongkol untuk membunuh dia, sehingga ia mengurungkan rencana berlayar dan memilih untuk menempuh jalan darat, yaitu melalui Makedonia, lalu berlayar lagi dari Filipi dan akhirnya tiba di Troas dan tinggal selama tujuh hari di sana. Pada malam sebelum melanjutkan perjalanan, Rasul Paulus mengadakan acara perpisahan dengan orang-orang Kristen setempat serta menyelenggarakan perjamuan kudus. Karena Rasul Paulus berbicara amat lama sampai tengah malam, seorang pemuda bernama Eutikhus tidak bisa menahan kantuk dan tertidur. Karena dia duduk di dekat jendela, dia terjatuh dari lantai tiga dan mati. Akan tetapi, Rasul Paulus membangkitkan dia. Kemudian, mereka melanjutkan acara perjamuan kudus. Sehabis makan, Rasul Paulus melanjutkan pembicaraan sampai pagi, barulah ia berangkat melanjutkan perjalanan. Peristiwa tersebut menggambarkan bahwa hati Rasul Paulus tetap bersemangat melayani walaupun ia menghadapi berbagai tantangan berat yang mengancam nyawa. Kebanyakan dari kita tidak pernah menghadapi ancaman yang sampai mengancam nyawa! Apakah Anda memiliki semangat melayani seperti Rasul Paulus? Apakah kondisi ekonomi yang sulit saat ini membuat semangat kita untuk melayani menjadi pudar? Apakah Anda mengasihi Yesus Kristus dan rela mempersembahkan waktu dan uang Anda?