Untuk membina gereja baru, diperlukan kehadiran pemimpin yang bukan hanya menjadi teladan, tetapi juga menjadi penasihat bagi orang-orang yang ia layani. Teladan bisa membuka hati, tetapi tidak bisa mencerahkan pikiran. Teladan hidup orang Kristen bisa membuat orang yang belum percaya menjadi tertarik dengan kekristenan, tetapi tidak bisa membuat mereka mengenal Kristus. Teladan hidup kita bisa membuat orang lain membuka diri untuk berinteraksi dengan diri kita, tetapi hanya perkataan kita yang bisa membuat mereka mengenal kebenaran. Menjadi teladan dan berbicara tentang kebenaran adalah dua hal yang sama-sama diperlukan untuk membina orang lain.
Dalam bacaan Alkitab hari ini, Rasul Paulus menasihati jemaat Tesalonika agar menghormati mereka yang telah bekerja keras, memimpin dalam Tuhan, dan memberi teguran (5:12). Kepada jemaat Tesalonika, Rasul Paulus berkata, "Kamulah saksi, demikian juga Allah, betapa saleh, adil dan tak bercacatnya kami di antara kamu yang percaya. Kamu tahu, betapa kami, seperti Bapa terhadap anak-anaknya, telah menasihati kamu dan menguatkan hatimu seorang demi seorang, dan meminta dengan sangat supaya kamu hidup sesuai dengan kehendak Allah, yang memanggil kamu ke dalam Kerajaan dan kemuliaan-Nya." (2:10-12). Sebelum menasihati, Rasul Paulus lebih dahulu memberi teladan melalui gaya hidupnya. Pemimpin yang hidupnya merupakan teladan akan memiliki wibawa saat ia memberi nasihat. Rasul Paulus tidak menjaga jarak dengan orang-orang yang ia layani, melainkan ia bergaul akrab dengan orang-orang yang ia layani, terutama dengan anggota tim pelayanannya. Kedekatan hubungan membuat ia bisa memberi nasihat secara tepat untuk membina kerohanian orang-orang yang ia layani. Kedekatan hubungan membuat nasihatnya didengar dan diperhatikan oleh orang-orang yang ia layani. Rasul Paulus menasihati jemaat untuk meniru apa yang sebelumnya telah ia lakukan lebih dahulu terhadap mereka, yaitu menegur mereka yang tidak mau bekerja, menghibur mereka yang tawar hati, membela mereka yang tidak berdaya, sabar terhadap semua orang, selalu mengusahakan kebaikan bagi semua orang, selalu bersukacita, tekun berdoa (termasuk mendoakan pelayanan Rasul Paulus, sama seperti Rasul Paulus juga tekun mendoakan jemaat), mengucap syukur dalam segala hal (termasuk dalam menghadapi penderitaan), tidak memadamkan dorongan Roh Kudus dengan cara tidak mengejek ungkapan keyakinan yang didasarkan pada firman Tuhan, menguji semua ajaran dan memegang keyakinan yang diyakini sebagai kebenaran. Apakah para pemimpin di gereja Anda tekun memberi nasihat dan telah menjadi teladan dalam kehidupan bergereja?