Jemaat Efesus menghadapi bahaya disusupi ajaran sesat yang tampak seperti ajaran yang benar, tetapi sebenarnya ajaran itu telah menyimpang dari firman Tuhan. Tentang larangan memakan makanan tertentu, mungkin yang dimaksud adalah larangan memakan makanan yang haram menurut tradisi Yahudi. Masalah ini sering dikecam oleh Rasul Paulus dalam surat-suratnya. Tentang larangan menikah (4:3), larangan ini disampaikan sebelum larangan tentang makanan. Kedua larangan tersebut merujuk kepada ajaran Gnostik yang meyakini bahwa materi—termasuk tubuh—adalah jahat, sehingga kontak tubuh dan konsumsi daging hewan dianggap tidak kudus.
Ajaran Gnostik yang muncul dari filsafat Yunani dan populer pada masa itu memang sudah pudar pada masa kini. Akan tetapi, pada masa kini, kita menghadapi ancaman dari berbagai macam filsafat dunia yang tampak logis dan alkitabiah, tetapi sebenarnya menyimpang dari ajaran firman Tuhan, sehingga ajaran-ajaran itu tidak kalah berbahaya dibandingkan ajaran Gnostik. Ajaran sesat yang tampak samar-samar itu adalah ancaman serius bagi gereja. Oleh karena itu, Rasul Paulus meminta Timotius untuk mendesak jemaat agar melatih diri dengan melakukan latihan rohani yang menolong kita menjadi saleh (4:7). Latihan yang bisa membangun kesalehan hidup itu misalnya adalah membaca Alkitab secara teratur dan membaca buku-buku yang bisa menolong kita untuk memahami ajaran Alkitab, sehingga kita dapat membedakan ajaran yang benar—yang berkenan kepada Allah (Roma 12:2)—dan ajaran yang palsu. Latihan lain yang menolong kita menjadi saleh adalah disiplin menerapkan ajaran firman Tuhan yang telah kita baca. Dengan demikian, hidup kita bisa menjadi teladan "dalam perkataan, dalam tingkah laku, dalam kasih, dalam kesetiaan, dan dalam kesucian" (4:12).
Kata "latihlah" (4:7) berasal dari kata bahasa Yunani, gymnazo, yang mengingatkan kita pada kata gymnasium, yaitu tempat latihan para atlet olah raga. Latihan para atlet itu bukan sekadar latihan santai sambil rekreasi, melainkan latihan serius dengan disiplin tinggi untuk mencapai target. Latihan itu tidak hanya menyangkut peningkatan keterampilan, tetapi juga mencakup penguatan fisik dan pengaturan diet makanan. Seperti itulah seharusnya semangat latihan rohani kita, yaitu berlatih dengan berjerih payah dan berjuang (4:10). Apakah Anda sudah menjalani latihan secara rohani dengan meningkatkan keterampilan/pengetahuan Alkitab melalui mempelajari Alkitab, membangun sikap dan perilaku yang benar (perwujudan buah Roh), dan bersikap kritis terhadap ajaran yang berseliweran di media sosial?