Titus 1

Pengurus dari Kasih Karunia Allah

27 November 2025
GI Michael Tanos

Allah Dimuliakan Melalui Kesalehan Jemaat

Titus adalah orang Yunani (Galatia 2:3) yang kemungkinan menjadi Kristen atas pelayanan rasul Paulus. Dia kemudian menjadi salah satu anak rohani Rasul Paulus dan ikut menjadi anggota tim misi sang rasul (Galatia 2:1). Rasul Paulus juga sering mengutus Titus ke berbagai tempat untuk urusan-urusan tertentu. Kali ini––setelah kunjungan mereka ke jemaat di Pulau Kreta––Rasul Paulus memerintahkan Titus untuk tetap tinggal di sana guna mengatur gereja-gereja yang ada di pulau itu, sedangkan Rasul Paulus melanjutkan misinya ke tempat-tempat lain. Tampaknya, saat itu, gereja sudah berdiri di beberapa kota di Pulau Kreta, tetapi tidak terorganisasi dengan baik.

Tidak ada catatan sejarah tentang kapan Jemaat Kreta mulai berdiri. Kemungkinan besar, Jemaat Kreta tidak dirintis oleh salah satu rasul, tetapi oleh orang-orang Kreta sendiri yang menjadi percaya dan dibaptis pada hari Pentakosta di Yerusalem (Kisah Para Rasul 2:11). Setiap tahun, orang Yahudi diaspora dan orang non-Yahudi yang percaya kepada Allah akan datang ke Yerusalem untuk beribadah di Bait Allah pada tiga perayaan yang diperintahkan Allah. Ketiga perayaan itu adalah Paskah, Pentakosta, dan Pondok Daun. Oleh karena itu, ketika Roh Kudus turun pada hari raya Pentakosta, banyak orang dari berbagai kota berkumpul di Yerusalem. Mereka yang mendengar khotbah Rasul Petrus dan bertobat serta dibaptis menjadi cikal bakal gereja pertama yang didirikan Allah. Mereka tetap tinggal beberapa waktu di Yerusalem untuk mendengarkan pengajaran para rasul. Ketika mereka kembali ke kota asal masing-masing, mereka melanjutkan kebiasaan berkumpul untuk beribadah dan menjadi gereja setempat. Dengan cara itu, Allah sudah mulai mendirikan gereja di berbagai kota di seluruh Asia-Eropa sebelum para rasul dan para murid berkeliling memberitakan Injil. Saat Rasul Paulus bersama Titus berkunjung ke Pulau Kreta, gereja sudah berdiri di sana, tetapi kemungkinan belum pernah dikunjungi oleh salah satu rasul. Mereka menerima Rasul Paulus dan mengakui otoritas kerasulannya, sehingga ketika Rasul Paulus pergi dari sana, mereka juga mengakui otoritas Titus sebagai representasi Rasul Paulus.

Surat Rasul Paulus kepada Titus ini secara substansi serupa dengan surat 1 Timotius, yaitu merupakan instruksi Rasul Paulus untuk menjaga keteraturan dan memperkuat pengajaran firman Tuhan di gereja tempat mereka ditempatkan. Kumpulan manusia (komunitas) yang mempunyai tujuan tertentu perlu mempunyai kepengurusan dan tata kelola yang baik. Tanpa tata kelola yang baik, jalannya organisasi akan kacau dan tujuan tidak akan tercapai, apalagi kalau organisasi itu sudah sebesar gereja-gereja di pulau Kreta yang anggota jemaatnya berasal dari beragam suku bangsa dan adat istiadat serta beragam latar belakang sosial. Oleh karena itu, gereja-gereja di Pulau Kreta harus memiliki tata kelola yang baik untuk mencapai tujuan Allah. Dalam konteks surat Titus, ada dua tujuan yang tersirat, yaitu: Pertama, firman Tuhan diajarkan dan sungguh-sungguh dipahami oleh jemaat, sehingga mereka bisa terus bertumbuh dalam pengenalan akan Allah serta terhindar dari pengaruh ajaran yang menyimpang. Kedua, firman Tuhan membawa jemaat kepada kesalehan hidup (2:10-15). Kesalehan jemaat––khususnya yang ditunjukkan dengan pekerjaan baik dalam kehidupan sehari-hari mereka––adalah pokok utama pembahasan Rasul Paulus dalam surat Titus. Para penatua gereja harus lebih dahulu menunjukkan kesalehan hidup melalui sikap dan perilaku yang benar, sebagaimana seharusnya kehidupan anak-anak Allah. Para penatua juga harus menjadi penjaga kebenaran firman Tuhan yang diajarkan kepada jemaat (1:9). Titus dan para penatua harus mengajarkan firman yang benar, menasihati/mendesak orang untuk bersikap benar, dan menegur mereka yang menyimpang (2:15). Tentang ajaran sesat, Rasul Paulus berulang kali mengingatkan Titus agar bertindak tegas kepada para pengajar ajaran itu (1:10-11; 3:9-11).

Kesalehan jemaat sangat ditekankan di sini karena mereka harus menjadi model kehidupan yang benar, sesuai dengan kehendak Allah. Manusia mengenal dan menyetujui hukum moral yang berlaku secara universal, tetapi ketaatan mereka kepada moralitas selalu tergantung pada kepentingan pribadi manusia itu sendiri. Demi kepentingan pribadinya, orang bisa melanggar konsensus moral. Orang Kreta sendiri dikenal mempunyai perilaku yang tidak etis secara moral (1:12). Oleh karena itu, dorongan kepada jemaat Kreta untuk hidup dengan sikap dan perilaku yang benar menjadi lebih mendesak. Rasul Paulus menjelaskan bahwa tujuan dari hidup benar adalah "supaya dengan demikian mereka dalam segala hal memuliakan ajaran Allah" (2:10). Kata "memuliakan," berasal dari kata Yunani "kosmeo," yang bisa diterjemahkan sebagai "membuat teratur", "merapikan" (seperti tanaman yang harus dipangkas supaya menjadi rapi), "memperindah". Perilaku yang benar akan membuat Allah dimuliakan karena perilaku itu membuat "terang" kita menjadi makin bersinar dan makin indah. Orang dunia yang melihat terang kita akan melihat kemuliaan Allah di dalamnya, sehingga mereka terdorong untuk memuliakan Allah. [GI Michael Tanos]

Pengurus dari Kasih Karunia Allah
Kamis, 27 November 2025

Bacaan Alkitab hari ini:
Titus 1

Salam dalam surat ini relatif lebih panjang daripada surat-surat Rasul Paulus yang lain. Di sini, Rasul Paulus menyinggung tugasnya memelihara iman jemaat dan pengetahuan akan kebenaran, yang diwujudkan dalam kesalehan. Kehidupan saleh berkaitan dengan jaminan hidup kekal. Walaupun hidup kekal sudah terjamin, kita tidak boleh hidup semaunya, melainkan kita harus hidup kudus dengan menjaga kesalehan. Keselamatan itu harus "dikerjakan" (Filipi 2:12), artinya hidup kita harus sepadan dengan status sebagai orang yang sudah diselamatkan. Allah mau agar kita hidup untuk melakukan pekerjaan baik sesuai dengan tujuan Allah menyelamatkan kita serta agar kita melatih diri untuk menjadi saleh (Efesus 2:10; 1 Timotius 4:7). Betapa pentingnya kesalehan itu!

Tugas utama Titus di pulau Kreta adalah menata pengelolaan jemaat di setiap kota, termasuk menetapkan penatua jemaat. Ada 17 kriteria yang diberikan Rasul Paulus bagi jabatan penatua, yang pada intinya adalah mereka harus tidak bercela. Sikap hati dan perilaku mereka harus benar, dan mereka harus menunjukkan identitas sebagai orang-orang kudus, agar dunia tidak dapat mencela mereka serta mempermalukan nama Tuhan. Kesalehan mereka merupakan teladan bagi para anggota jemaat dan membuat mereka memiliki legitimasi untuk mengajar dan menegur kesalahan orang lain. Legitimasi itu penting karena mereka harus mengajarkan firman yang benar dan harus menangkal ajaran Yudaisme serta ajaran yang berasal dari ide manusia yang menyimpang dari firman Tuhan. Pemimpin gereja berbeda dengan pemimpin dalam institusi duniawi karena mereka adalah "pemimpin pelayan" seperti yang diajarkan Tuhan Yesus (Matius 20:26-28). Mereka harus memimpin, mengurus, dan mengawasi kehidupan para anggota jemaat dengan dasar kasih, bukan sekadar menerapkan aturan organisasi secara ketat atau secara otoriter. Mereka adalah "pengurus yang baik dari kasih karunia Allah" yang melayani dan siap mengutamakan kepentingan orang lain (1 Petrus 4:10).

Kita semua adalah pengurus kasih karunia Allah. Allah memberi anugerah bagi semua orang, baik secara langsung maupun melalui pelayanan kita. Tuhan memberi kita mandat untuk mengasihi sesama dan menjadi berkat bagi semua orang. Kita wajib melayani sesama, menolong orang yang terdesak oleh suatu kebutuhan, serta menghibur orang yang sedang susah. Kasih bukan hanya sekadar rasa prihatin dalam hati atau sekedar ucapan, tetapi harus diwujudkan dalam perbuatan. Dengan demikian, dunia melihat kasih karunia Allah dalam diri kita, sehingga mereka memuliakan Allah. Apakah Anda sudah menjadi pengurus yang baik dari kasih karunia Allah itu?

Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh.
Yakobus 5: 16


www.gky.or.id | Gereja Kristus Yesus Copyright 2019. All rights Reserved. Design & Development by AQUA GENESIS Web Development & Design