Serangan kepada Ayub makin brutal! Kali ini, Elifas menyerang langsung kepribadian Ayub. Bagi Elifas, Ayub sama sekali tak bermanfaat, baik bagi Allah maupun bagi sesama (22:1-10). Menurut Elifas, pengakuan Ayub akan hikmat dan kesalehan pribadinya adalah bohong, karena kenyataan bahwa ia sudah diadili dan dihukum Allah membuktikan bahwa Allah sama sekali tak memandang Ayub sebagai seorang yang benar di hadapan-Nya (21:1-4). Selain itu, Ayub dituduh secara keji sebagai berlaku lalim kepada sesama, mulai dari pemerasan orang yang tak berdaya, keengganan menolong orang melarat, dan tindakan semena-mena sebagai tuan tanah. Jadi, wajar bila hidupnya dilanda bencana dahsyat (22:5-10).
Elifas menuduh Ayub melakukan tindakan lalim yang bersumber dari sikap tidak menghormati Allah, yang digambarkan dengan beberapa kalimat berikut: "Tahu apa Allah? Dapatkah Ia mengadili dari balik awan-awan yang gelap?" (22:13), "Pergilah dari kami! Yang Mahakuasa dapat berbuat apa terhadap kami?" (22:17). Oleh sebab itu, satu-satunya harapan Ayub adalah pertobatan, yakni berdamai dengan Allah melalui menaati firman-Nya, berdoa dan merendahkan diri di hadapan-Nya, serta mengutamakan Allah seperti menghargai emas (22:21-27).
Niat dan usaha Elifas membantu Ayub perlu dihargai dan ditiru. Kesungguhan berharap agar Ayub segera terlepas dari segala penderitaannya patut diteladani. Namun, kesungguhan itu harus disertai kepekaan atas penderitaan orang-orang di sekitar kita. Tindakan Elifas yang harus dihindari adalah sikap menganggap diri paling benar dan keberanian memakai nama Allah untuk memaksakan kehendak. Saat menolong sesama, pelajarilah kondisinya secara teliti, supaya kita dapat bertindak bijak.[TF]
"Jikalau keangkuhan tiba, tiba juga cemooh, tetapi hikmat ada pada orang yang rendah hati. Orang yang jujur dipimpin oleh ketulusannya, tetapi pengkhianat dirusak oleh kecurangannya." Amsal 11:2-3