Salah seorang diaken, yaitu Stefanus, sangat bersemangat untuk memberitakan Injil (6:7-8). Sudah lazim bila perbuatan baik (penginjilan) di dunia yang berdosa ini menghadapi tentangan dari pihak orang-orang yang tidak menyukai kebaikan yang kita lakukan. Kaum Libertini (mantan budak dari Kirene dan Aleksandria yang telah dibebaskan dan memeluk agama Yahudi) mencoba menjatuhkan Stefanus dengan bersoal jawab (berdebat), tetapi mereka tidak sanggup melawan hikmat Stefanus yang penuh dengan Roh Kudus (6:9-10). Setelah kalah berdebat, mereka memfitnah Stefanus dengan menyebarkan hoax (berita bohong). Akibatnya, massa terhasut dan--bersama dengan para pemimpin agama--menyergap Stefanus, lalu membawa Stefanus ke hadapan Mahkamah Agama untuk diadili (6:11-12). Walaupun pengadilan itu adalah pengadilan sesat (6:13-14), Stefanus tidak merasa gentar dan justru memanfaatkan kesempatan itu untuk bersaksi (pasal 7). Perhatikan bahwa Stefanus mendasari kesaksiannya pada sejarah Israel (7:2-50), lalu beralih kepada teguran keras yang menuju kepada pemberitaan tentang Tuhan Yesus yang disebut sebagai "Orang benar, yang ... telah kamu khianati dan kamu bunuh" (7:51-52). Stefanus dibunuh dengan cara dirajam, tetapi kematiannya dia hadapi dengan kesaksian yang menggetarkan hati (7:55-60).
Apakah Anda telah siap menghadapi setiap risiko dalam pelayanan Anda? Bila Anda gampang merasa ketakutan dan ingin lari dari risiko yang harus Anda hadapi, renungkan baikbaik kesaksian Stefanus dalam pasal 7 ini dan sadarilah bahwa tantangan yang Anda hadapi belum seberapa bila dibandingkan dengan tantangan yang dihadapi oleh Stefanus! [P]
Sambil berlutut ia berseru dengan suara nyaring: "Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mer eka!" Dan dengan perkataan itu meninggallah ia." Kisah Para Rasul 7:60