Memercayai Allah adalah salah satu tuntutan Allah yang terpenting. Dalam sejarah bangsa Israel, jelas bahwa Allah menuntut agar umat-Nya memercayai Dia dan tidak mencari perlindungan pada bangsa lain. Allah cemburu, bahkan murka, bila umat-Nya menyembah ilah lain. Kita harus meyakini bahwa kita akan aman bila kita berlindung kepada-Nya. Bagi umat Tuhan pada masa Perjanjian Lama, keselamatan yang dijanjikan Tuhan masih tampak samar-samar. Mereka terutama hanya bisa memahami keselamatan secara fisik berupa keamanan dari serangan bangsa-bangsa lain. Oleh karena itu, keselamatan sering dipandang sebagai tembok dan benteng (26:1) atau gunung batu (26:4) yang melindungi saat terjadi peperangan. Bagi kita saat ini, sangat jelas bahwa keselamatan yang disediakan Allah itu terutama menyangkut keselamatan jiwa. Bila umat Allah dalam Perjanjian Lama hanya melihat keselamatan dalam aspek masa kini, kita meyakini aspek masa kini maupun masa depan. Kita meyakini bahwa Allah memelihara, menjaga, dan mencukupi kebutuhan kita pada masa kini, tetapi kita juga meyakini bahwa Allah sudah memberikan hidup kekal--yaitu kehidupan yang tidak dibatasi oleh kematian tubuh--bagi setiap orang yang mau bertobat melalui kesediaan meninggalkan dosa dan memercayai penebusan oleh Yesus Kristus.
Di satu sisi, umat Tuhan yang memercayai Allah akan memiliki damai sejahtera dalam hati (26:3, 12). Damai sejahtera ini muncul karena kita tidak merasa takut saat menghadapi orang-orang yang berniat jahat terhadap diri kita. Damai sejahtera ini juga muncul karena kita meyakini bahwa Tuhan akan menghakimi dan menghukum orang yang jahat dan yang berlaku curang terhadap diri kita (26:5-11, 21). Di sisi lain, sejarah bangsa Israel memperlihatkan bahwa saat kita memercayai Allah, Allah pasti melindungi dan memelihara kita, sehingga kita bisa merasa aman dan tidak perlu merasa kuatir. Marilah kita memeriksa diri kita masing-masing: Apakah selama ini, Anda sungguh-sungguh memercayai Allah? Saat Anda merasa kuatir ketika mendengar berita tentang terjadinya tindak kejahatan, bencana alam, wabah penyakit, dan sebagainya, apakah Anda mencari Allah untuk memohon perlindungan? Saat penghasilan Anda terasa tidak bisa mencukupi kebutuhan hidup Anda, apakah Anda mencari pertolongan Allah?