Dua penjahat yang disalibkan bersama dengan Yesus Kristus mendapat anugerah dan kesempatan yang amat besar untuk bertemu dengan Tuhan Yesus dan berada bersama-sama dengan Dia selama beberapa jam. Penjahat pertama tidak sadar bahwa kejahatan yang ia lakukan memang membuat ia patut disalibkan. Akan tetapi, ia malah mengejek dengan meminta Tuhan Yesus menyelamatkan diri mereka semua untuk membuktikan bahwa Ia benar-benar adalah Kristus (23:39). Jadi, permintaan itu bukan doa yang dilandasi oleh iman, melainkan sekadar suatu ejekan! Sebaliknya, penjahat kedua sadar bahwa dirinya memang bersalah dan patut mendapat hukuman, sedangkan Yesus Kristus tidak bersalah (23:41). Dapat dipastikan bahwa penjahat kedua ini sudah mendengar, dan bahkan mungkin sudah melihat sendiri tindakan Tuhan Yesus dan ajaran-Nya, sehingga ia percaya bahwa Yesus Kristus adalah Sang Mesias yang dinantikan oleh bangsa Israel. Oleh karena itu, penjahat kedua ini tidak ikut mengejek, melainkan meminta dengan iman agar Tuhan Yesus mengingat dirinya bila Ia mengungkapkan identitas diri-Nya sebagai Raja yang berkuasa (23:42).
Pertemuan pribadi yang singkat dengan Tuhan Yesus di kayu salib membuat penjahat kedua itu sadar siapa sesungguhnya Yesus Kristus, yaitu bahwa Dia adalah Sang Mesias atau Raja yang kedatangan-Nya dinantikan oleh umat Israel. Penjahat kedua merespons anugerah Allah dengan semestinya. Ia memanfaatkan kesempatan terakhir menjelang ajal untuk bertobat dan berserah kepada Yesus Kristus. Menjelang ajal-Nya tiba, Tuhan Yesus masih memperhatikan penjahat di sampingnya. Walaupun sedang mengalami kesakitan luar biasa saat berbicara di kayu salib, Tuhan Yesus menganugerahkan pengampunan dan janji hidup kekal terhadap penjahat yang beriman kepada-Nya itu (23:43).
Dalam hidup ini, kita sering mendapat berbagai kesempatan dan anugerah dari Tuhan. Kesempatan tersebut bisa berupa kesempatan untuk bertobat dan berubah, kesempatan untuk melayani dengan lebih baik, kesempatan untuk memperhatikan orang lain, serta berbagai kesempatan lainnya. Apakah Anda telah merespons setiap kesempatan yang dianugerahkan kepada diri Anda dengan semestinya? Atau sebaliknya, apakah Anda justru menyia-nyiakan berbagai kesempatan yang ditawarkan kepada diri Anda?