Mazmur Asaf mengungkapkan bahwa Allah adalah Pribadi yang Mahakuasa, Pencipta alam semesta, Yang Mahamulia. Kehadiran-Nya digambarkan sebagai disertai kuasa yang sangat dahsyat (50:1-3). Allah adalah Pribadi yang setia kepada perjanjian-Nya. Perjanjian Allah yang didasarkan pada korban sembelihan merupakan simbol penebusan dari belenggu dosa yang dikerjakan oleh Yesus Kristus di kayu salib. Allah adalah Hakim yang mengadili manusia. Yang menarik adalah bahwa umat Allah--yang telah menerima petunjuk dan perintah-Nya--akan diadili lebih dahulu oleh Allah (50:4-6). Teguran Allah memperlihatkan bahwa umat Israel telah salah mengerti tentang penyembahan dan ibadah kepada-Nya (50:7-15).
Ritual ibadah persembahan korban yang dilakukan umat Israel pada masa Perjanjian Lama diatur oleh Allah sendiri. Ritual ini terutama diuraikan dalam Kitab Imamat. Umat Israel berupaya menjalankan ibadah korban secara konsisten. Akan tetapi, mereka salah paham tentang Allah yang sudah selayaknya disembah itu. Tampaknya, mereka berpikir bahwa menjalankan ibadah korban merupakan pemberian jasa kepada Allah. Mereka menyamakan Allah dengan ilah-ilah palsu yang menuntut persembahan dengan imbalan bahwa manusia akan menjalani kehidupan yang lebih baik. Walaupun praktik penyembahan mereka sesuai dengan ketentuan, alasan yang melandasi penyembahan umat Israel ternyata salah. Untuk meluruskan landasan penyembahan umat-Nya, Tuhan memerintahkan umat Israel untuk memberi persembahan syukur dalam kaitan dengan korban keselamatan (Imamat 7:11-15). Tuhan ingin agar umat Israel menghayati bahwa penyembahan kepada Allah harus dilandasi oleh hati yang senantiasa mensyukuri karya Allah yang telah menganugerahkan keselamatan kekal (Mazmur 50:14a). Melalui perintah untuk selalu menepati nazar atau janji yang telah diucapkan di hadapan Allah (50:14b), Tuhan ingin agar umat Israel menyembah Dia dengan menghargai kedaulatan dan kekuasaan-Nya.
Bagaimana sikap Anda dalam beribadah selama ini: Apakah Anda menyembah Allah dengan hati yang menghargai kedaulatan-Nya? Apakah praktik penyembahan yang Anda lakukan kepada Allah dilandasi oleh ungkapan syukur atas keselamatan yang telah Dia anugerahkan kepada diri Anda?