Saat menghadapi penderitaan, perhatian Tuhan Yesus bukan tertuju pada diri-Nya sendiri, tetapi pada murid-murid-Nya. Perjamuan yang diselenggarakan oleh Tuhan Yesus bersama murid-murid-Nya itu biasa disebut sebagai Perjamuan Malam Terakhir. Penyebutan itu dikaitkan dengan fakta bahwa perjamuan itu diadakan pada malam menjelang Tuhan Yesus ditangkap. Pada masa kini, perjamuan semacam itu disebut sebagai Perjamuan Kudus. Apa yang dikatakan oleh Tuhan Yesus dalam Perjamuan Malam Terakhir itu berkaitan dengan peristiwa yang segera terjadi, yaitu penangkapan dan penyaliban Tuhan Yesus, yang kemudian diikuti oleh kebangkitan-Nya dari antara orang mati. Tuhan Yesus menginginkan agar para murid-Nya senantiasa mengingat bahwa kematian dan kebangkitan-Nya itu merupakan bagian terpenting dari misi kedatangan-Nya ke dunia ini, yaitu misi untuk menyelamatkan orang berdosa. Melalui Perjamuan Malam Terakhir itu, diharapkan bahwa para murid senantiasa mengingat peristiwa kematian dan kebangkitan Yesus Kristus itu bukan sekadar sebagai peristiwa sejarah biasa, melainkan sebagai sejarah penyelamatan manusia berdosa. Apakah Anda sudah menyadari bahwa Perjamuan Kudus itu diperintahkan Tuhan Yesus untuk diselenggarakan oleh umat-Nya dengan maksud agar umat-Nya selalu mengingat misi penyelamatan yang dikerjakan oleh Tuhan Yesus di kayu salib?
Dalam perjalanan ke Bukit Zaitun, Tuhan Yesus mempersiapkan mental para murid untuk menghadapi peristiwa penangkapan yang akan berujung pada kematian-Nya di kayu salib. Dia meyakinkan para murid bahwa peristiwa penyaliban bukan akhir yang tragis, karena penyaliban akan disusul dengan kebangkitan-Nya dari antara orang mati. Peristiwa penangkapan dan penyaliban Tuhan Yesus itu jelas akan mengguncang iman para murid. Petrus—murid yang terlalu percaya diri—berkata bahwa iman-Nya tidak akan terguncang. Akan tetapi, Tuhan Yesus justru mengatakan bahwa Petrus akan menyangkal Gurunya sampai tiga kali. Petrus, dengan percaya diri, kembali menyatakan bahwa ia tidak akan menyangkal Gurunya, dan Tuhan Yesus sudah tidak mengatakan apa-apa karena pengalamanlah yang akan menyadarkan Petrus bahwa ia sesungguhnya adalah seorang yang lemah! Seandainya para murid menyimak seluruh pengajaran Tuhan Yesus dengan penuh perhatian, mungkin mereka tidak lari ketakutan saat Tuhan Yesus ditangkap. Apakah Anda sadar bahwa kita semua adalah makhluk yang lemah, yang tidak selalu sanggup bertahan saat menghadapi godaan? Apakah Anda telah membiasakan diri untuk memegang janji-janji Tuhan yang akan memberi kekuatan saat Anda menghadapi godaan?