Kisah penangkapan Tuhan Yesus adalah kisah yang amat menyedihkan, ironis, dan menakutkan, Penangkapan itu menyedihkan karena sang pengkhianat adalah murid Tuhan Yesus sendiri. Cara Yudas memberi tanda pun sangat memilukan, yaitu melalui ciuman. Ciuman yang seharusnya menandakan persahabatan dipakai sebagai tanda pengkhianatan. Jelas bahwa ciuman yang mengungkapkan kemunafikan itu amat menyakitkan. Peristiwa penangkapan itu tidak seharusnya terjadi, sehingga kita bisa menyebut peristiwa itu sebagai suatu ironi. Penangkapan itu merupakan ironi karena yang memimpin penangkapan adalah suruhan imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat,, dan para tua-tua Yahudi. Mereka adalah para pemimpin bangsa Yahudi yang dihormati oleh banyak orang. Mereka tidak memimpin penangkapan secara terang-terangan karena mereka takut kehilangan citra baik dalam pandangan orang banyak. Sikap para pemimpin yang melakukan hal yang busuk tetapi ingin kelihatan baik itu amat menjijikkan. Sikap suruhan para pemimpin Yahudi yang datang dengan membawa pedang dan pentung itu juga merupakan suatu ironi karena Tuhan Yesus bukan penjahat dan kegiatan harian-Nya adalah mengajar di Bait Allah. Bila para pemimpin Yahudi itu memerintahkan penangkapan berdasarkan alasan yang benar, seharusnya mereka melakukan penangkapan secara terang-terangan di siang hari, bukan penyergapan di malam hari. Penangkapan itu merupakan peristiwa yang menakutkan bagi para murid dan orang-orang yang menyaksikannya. Saat penangkapan berlangsung, para murid melarikan diri dan seorang muda yang hendak ditangkap melepaskan kain linen yang menutup badannya dan berlari telanjang supaya bisa lari lebih kencang.
Sampai masa kini, pengkhianatan dan tindakan ironis masih sering terjadi. Banyak pemimpin yang melakukan hal busuk dengan cara lempar batu sembunyi tangan, artinya mereka melakukan hal busuk secara tersembunyi, termasuk dengan meminjam tangan orang lain untuk melaksanakan rencana mereka. Para pemimpin busuk seperti itu biasanya menghindar—atau menyangkal—bila ditanya secara langsung. Bila Anda adalah seorang pemimpin, apakah Anda memimpin dengan ketulusan? Apakah Anda berani bertanggung jawab atas semua yang telah Anda lakukan atau Anda putuskan? Apakah Anda telah menjalani hidup dengan mempertahankan integritas atau kesamaan antara perkataan dan perbuatan? Ingatlah bahwa Tuhan Yesus rela diperlakukan secara tidak semestinya karena Ia mengasihi manusia berdosa. Apakah Anda juga berani mengalami penderitaan yang menjadi konsekuensi yang kadang-kadang harus diterima oleh seorang pengikut Kristus?