Saat kita membaca tentang kisah penderitaan Tuhan Yesus, kita harus senantiasa mengingat bahwa Tuhan Yesus mengalami penderitaan itu karena Dia menempati posisi manusia berdosa yang harus menanggung hukuman Allah. Perlakuan terhadap Sang Mesias merupakan suatu ironi. Para serdadu menyiksa dan mengolok-olok Tuhan Yesus karena mereka tidak sadar bahwa sebenarnya, Tuhan Yesus memang Raja yang sesungguhnya. Dia diperlakukan seolah-olah Dia bukan raja, padahal Dia adalah Raja di atas segala raja, bukan hanya Raja orang Yahudi saja. Jubah kebesaran dan mahkota seorang Raja memang sudah sepantasnya dikenakan oleh Tuhan Yesus. Bila ejekan para serdadu memperlihatkan ketidakmengertian, ejekan orang yang lewat di dekat tempat penyaliban dan ejekan imam-imam kepala serta para ahli Taurat merupakan suatu kebodohan. Mereka bodoh karena walaupun mereka mewarisi Kitab Suci, mereka tidak mau membuka hati dan telinga untuk mencerna apa yang dikatakan atau diajarkan oleh Tuhan Yesus.
Dari sisi manusia, Simon—orang Kirene itu—memang menderita karena dipaksa memikul salib. Akan tetapi, dari sisi rohani, Simon justru mendapat kehormatan untuk ikut merasakan penderitaan Tuhan Yesus, dan hal tersebut berdampak terhadap seluruh keluarganya. Kemungkinan besar, Rufus—anak Simon dari Kirene—adalah orang pilihan dalam Tuhan yang disapa oleh Rasul Paulus dalam Suratnya, dan Ibu Rufus adalah istri Simon yang disapa sebagai ibu—atau ibu angkat—oleh Rasul Paulus (Roma 16:13). Jelaslah bahwa penderitaan sesaat yang dialami oleh Simon, orang Kirene itu, mendatangkan berkat rohani yang berkelimpahan bagi keluarganya.
Tuhan Yesus menolak pemberian anggur bercampur mur (Markus 15:23), yaitu minuman yang dimaksudkan untuk menghilangkan—atau melupakan—rasa sakit yang Ia alami. Penolakan Tuhan Yesus yang menunjukkan kerelaan menderita bagi manusia berdosa itu amat mengharukan. Dia tidak mau mengurangi porsi penderitaan yang harus Ia tanggung! Penyaliban Tuhan Yesus di antara dua penjahat membuat Ia seperti disamakan dengan dua penjahat itu. Dari sisi manusia, hal itu tragis karena Tuhan Yesus tidak pernah berbuat dosa. Akan tetapi, Allah telah merencanakan hal itu untuk memperlihatkan bahwa Tuhan Yesus memang menderita karena Ia menempati posisi manusia berdosa. Ia menderita sampai mati di kayu salib untuk menebus dosa menggantikan Anda dan saya. Apakah Anda telah menerima penebusan dosa yang telah tersedia di dalam Kristus itu? Jika belum, jangan tunda untuk datang memohon pengampunan dosa kepada Yesus Kristus!