Kepahlawanan Saul melawan Nahas orang Amon itu membawanya diakui dan diterima oleh seluruh orang Israel (11:14-15). Kepemimpinan Saul tidak terlepas dari Roh Allah yang menguasai dirinya untuk melakukan tindakan simbolik yang mendatangkan ketakutan kepada bangsa Israel, yaitu memotong-motong sepasang lembu dan mengirimkan potongan itu ke seluruh suku di Israel (11:6-7). Tindakan ini mengingatkan kita pada peristiwa perang saudara yang sangat memalukan dalam sejarah Israel (Hakim-hakim 19:25-30; 20:44-48; 21:8-12). Keberanian Saul menunjukkan bahwa dia adalah pemimpin yang sangat peduli terhadap masalah rakyatnya. Hal ini terlihat saat orang Yabesh-Gilead dikepung oleh Nahas dan ingin berdamai. Nahas memberikan syarat bahwa mata kanan setiap orang Yabesh-Gilead harus dicungkil (1 Samuel 11:2). Tujuannya adalah agar semua orang Yabes-Gilead dipermalukan dan ditandai sebagai tawanan perang yang kalah. Tanpa membunuh, Nahas bisa menaklukkan kota, mengambil harta benda, dan memperbudak penduduk. Penduduk Yabesh-Gilead membutuhkan bantuan. Saul peduli dan terlibat menolong karena ia bersandar kepada pertolongan Roh Allah.
Sebagai pemimpin, Saul bertindak secara aktif. Saul tidak sekadar mendengar masalah yang dihadapi orang Yabesh-Gilead. Saul mengambil langkah nyata untuk membantu mereka. Saul mengumpulkan seluruh suku Israel untuk membantu saudara mereka yang sedang menghadapi pergumulan berat. Terkumpullah sekitar 300.000 orang Israel dan 30.000 orang Yehuda (11:8). Saul yang dipenuhi Roh Allah itu mengarahkan mereka kepada janji Tuhan yang akan memberikan kemenangan bagi Yabesh-Gilead (11:9b-10). Orang Yabesh-Gilead menang karena campur tangan Tuhan. Sekalipun demikian, masih ada orang yang meragukan kepemimpinan Saul sebagai raja atas Israel. Oleh sebab itu, beberapa dari mereka meminta Samuel untuk membunuh para pecundang tersebut. Sebagai pemimpin, Saul tidak menghendaki umat Israel terpecah belah lagi seperti yang pernah terjadi dalam sejarah masa lampau yang kelam. Saul menyatukan orang-orang itu dan mengajak umat Israel untuk memusatkan perhatian kepada TUHAN yang mewujudkan keselamatan bagi umat Israel (11:13).
Setelah dipanggil dan diurapi, Saul dipakai Allah untuk memperhatikan umat-Nya. Demikian pula dengan Tuhan Yesus. Ia peduli terhadap diri kita dan masalah kita. Terlebih lagi, Ia rela mati di kayu salib untuk menebus dosa kita, agar kita memperoleh pengampunan. Apakah Anda tahu bahwa Allah telah memanggil Anda untuk melayani sesama dalam bidang tertentu?