Jangan menilai seseorang hanya dari kesan sesaat saja, karena bisa jadi penilaian kita salah. Penilaian seperti inilah yang dilakukan oleh Imam Eli. Ia salah menilai Hana sebagai sosok perempuan dursila ketika Hana bersusah hati di Kemah Suci, padahal saat itu Hana sedang mencurahkan isi hatinya di hadapan Allah (1:15). Ironisnya, kedua anak Imam Eli--Hofni dan Pinehas--yang diharapkan berperilaku benar, ternyata adalah orangorang dursila yang tidak mengindahkan TUHAN (2:12). Sikap dursila terlihat melalui cara mereka melayani TUHAN. Dengan mengambil daging persembahan untuk TUHAN, mereka bertindak melampaui hak mereka. Status mereka sebagai imam bertolak belakang dengan perilaku mereka. Mereka adalah hamba atas perut dan nafsu mereka sendiri. Sikap tidak menghormati TUHAN dan aturan hukum TUHAN membuat mereka berdosa besar di hadapan TUHAN (2:17). Imam Eli bukan tidak menegur, tetapi tegurannya lemah dan terlambat karena TUHAN sudah menjatukan hukuman atas mereka (2:25). Sikap hormat kepada TUHAN justru ditunjukkan oleh Samuel sebagai pelayan yang makin lama makin disukai TUHAN dan sesama (2:18, 21b, 26). Jelas bahwa perilaku Samuel berbeda dengan kedua anak Imam Eli yang dursila. Samuel tumbuh besar dengan menunjukkan jati dirinya sebagai pelayan TUHAN yang benar.
Betapa mirisnya jika kita sebagai orang Kristen sibuk melayani di Gereja atau lembaga kerohanian, tetapi sebenarnya kita memiliki agenda terselubung yang tidak berkenan di hadapan Tuhan. Meskipun manusia tidak menyadari perilaku kita yang curang, tetapi Tuhan tahu siapa yang dursila dan siapa yang tidak. Hiduplah sesuai dengan jati diri kita sebagai anak-anak Allah. Layanilah Tuhan dengan sikap yang benar. [FI]
"Sebab siapa yang menghormati Aku, akan kuhormati, tetapi siapa yang menghina Aku, akan dipandang rendah." 1 Samuel 2:30b