Hal yang wajar bila seorang anak bersikap loyal (patuh, setia) terhadap ayahnya sendiri. Akan tetapi, bagaimana jika perilaku sang ayah tidak sesuai dengan firman Tuhan? Apakah anak itu harus tetap mendukung atau harus menentang ayahnya? Yonatan berada dalam posisi yang sulit seperti itu. Di satu sisi, sebagai anak, ia harus menyatakan loyalitas terhadap ayahnya, yaitu Raja Saul. Di sisi lain, ia menyadari bahwa Tuhan sudah tidak berkenan kepada ayahnya--Saul--sebagai raja Israel, melainkan berkenan kepada Daud. Meskipun Yonatan sadar akan kejahatan ayahnya yang berniat membunuh Daud, ia masih meminta waktu kepada Daud untuk memastikan apakah keinginan ayahnya tidak berubah sebagai bentuk sikap loyal yang sewajarnya dari seorang anak kepada ayahnya. Jika Raja Saul tetap menyimpan keinginan untuk membunuh Daud, maka Yonatan akan menolong Daud melarikan diri. Sebagai gantinya, Yonatan meminta Daud untuk bersumpah bahwa ia tidak akan melenyapkan keturunan Yonatan, sehingga tetap ada generasi penerus namanya (20:12-17). Sikap Yonatan ini membuktikan bahwa meskipun Yonatan bersikap loyal kepada ayahnya, ia lebih mengutamakan sikap loyal kepada Allah dengan menolong Daud yang telah dipilih oleh Allah.
Dalam hidup kita, sering kali kita harus berhadapan dengan pilihan antara loyal kepada Tuhan atau loyal kepada orang terdekat, namun pilihan kedua ini bertentangan dengan kehendak Tuhan. Meskipun pilihan yang kita hadapi sangat sulit, percayalah bahwa saat kita memilih untuk loyal kepada Tuhan, Ia tidak akan mengecewakan kita. Loyalitas kita kepada manusia seharusnya tidak melebihi loyalitas kita kepada Tuhan, Sang Pemimpin Hidup kita! [FI]
"TUHAN, Allahmu, harus kamu ikuti, kamu harus takut akan Dia, kamu harus berpegang pada perintahNya, suaraNya harus kamu dengarkan, kepadaNya harus kamu berbakti dan berpaut." Ulangan 13:4