Orang munafik adalah orang yang melakukan hal-hal yang nampak baik, tetapi kebaikan itu tidak muncul dari hati, melainkan dari keinginan agar dianggap baik oleh orang lain. Sebaliknya, orang yang tulus melakukan kebaikan sebagai ungkapan dari isi hati. Bangsa Israel pada zaman Nabi Yesaya berlaku munafik dengan menjalani ibadah tanpa iman, bahkan ibadah mereka tercampur dengan ibadah kafir. Mereka menyembah TUHAN, tetapi mereka juga menyembah berhala.
Allah mencela ibadah bangsa Israel yang sudah tidak murni itu dengan menunjukkan bahwa Dia tidak boleh disamakan dengan berhala yang mati. Allah mengatakan bahwa Dia telah memberitahu berbagai hal yang telah terjadi sebelum hal itu terwujud dan bahwa Dia juga memberitahukan hal-hal yang akan terjadi. Allah mengatakan bahwa hanya Dia saja yang bisa memberitahu apa yang akan terjadi pada masa depan. Berhalaberhala tidak bisa melakukan hal yang sama. Ketidaksetiaan bangsa Israel membuat Allah membiarkan bangsa Israel mengalami kesengsaraan dengan maksud untuk memurnikan iman mereka, bukan untuk melenyapkan mereka.
Jalan untuk memperoleh damai sejahtera dan kebahagiaan adalah ketaatan terhadap perintah Allah. Sebaliknya, tidak ada damai sejahtera bagi orang fasik (orang yang tidak mempedulikan kehendak Allah. Hal itu bukan hanya berlaku bagi bangsa Israel, tetapi juga bagi kita pada masa kini. Bila kita mengikuti TUHAN dengan setengah hati, kita tidak akan mengalami damai sejahtera. Kita harus mengikut TUHAN dengan ketulusan! Bagaimana dengan Anda? Apakah ibadah yang Anda jalani mencerminkan isi hati Anda? [P]
"Sekiranya engkau memperhatikan perintah-perintah-Ku, maka damai sejahteramu akan seperti sungai yang tidak per nah kering, dan kebahagiaanmu akan terus berlimpah seperti gelombang-gelombang laut yang tidak per nah berhenti." Yesaya 48:18