Kenyataan hidup di sepanjang zaman adalah seringkali orang benar harus hidup sebagai minoritas di antara orang fasik. Kejahatan merajalela sehingga orang benar terancam. Dosa membuat orang fasik bisa melakukan hal-hal yang melampaui batas (dilarang Tuhan) seperti melakukan sihir, berzinah, dan melacurkan diri. Orang fasik juga bisa melakukan praktik penyembahan yang tidak masuk akal seperti menyembah batu yang diambil dari sungai, mempersembahkan korban di atas gunung yang tinggi, serta meletakkan patung berhala di ambang pintu rumah. Hubungan seks bebas bisa menjadi bagian dari penyembahan. Salah satu praktik penyembahan yang paling keji adalah mempersembahkan korban bakaran berupa anak-anak kepada Molokh (dewa yang disembah oleh bani Amon).
Praktik hidup sebagai orang fasik itu adalah praktik hidup yang membuat gelisah, praktik hidup tanpa damai sejahtera. Akan tetapi, karena orang fasik merupakan mayoritas, orang benar bisa menjadi takut atau menjadi terpikat oleh mereka. Seharusnya orang benar tidak perlu takut terhadap orang fasik. Orang fasik kelihatan hidup aman hanya karena Allah belum menjatuhkan hukuman. Berhala yang mereka sembah tidak berguna dan tidak dapat berbuat apa-apa saat Allah menjatuhkan hukuman terhadap orang fasik.
Hidup sebagai orang benar memang kadang-kadang harus menentang arus dan kadang-kadang juga harus menghadapi ancaman. Akan tetapi, hidup sebagai orang benar adalah hidup yang diwarnai oleh damai sejahtera, bukan karena selalu berkelimpahan atau selalu aman, melainkan karena Allah memberikan damai sejahtera. Apakah Anda berani menentang arus untuk mempertahankan kebenaran? [P]
"Tetapi orang-orang fasik adalah seperti laut yang berombak-ombak sebab tidak dapat tetap tenang, dan arusnya menimbulkan sampah dan lumpur. Tiada damai bagi orang-orang fasik itu," firman Allahku. Yesaya 57:20-21