Allah memerintahkan Nabi Yesaya untuk berseru dengan suara nyaring (58:1) karena bangsa Israel tidak menyadari kesalahan mereka. Bangsa Israel merasa sudah melakukan kewajiban ibadah mereka. Mereka tidak sadar bahwa yang Allah kehendaki adalah ibadah dengan integritas atau ibadah dengan keseluruhan kehidupan mereka. Yang dituntut Allah bukan hanya sekadar tindakan (upacara) ibadah, melainkan penyerahan diri sepenuhnya untuk menyembah Allah. Sebagai contoh, puasa bukan hanya sekadar tidak makan, melainkan tindakan merendahkan diri (menyesali dosa) dan mempersembahkan diri (melakukan kebaikan) di hadapan Tuhan (58:5-7). Allah menuntut agar ibadah kita kepada-Nya mempengaruhi hubungan kita dengan sesama manusia. Percuma kita berpuasa bila kita tidak berhenti melakukan dosa atau bila kita tidak melakukan kebaikan terhadap sesama. Mustahil kita sungguh-sungguh menghargai Allah bila kita tidak menghargai sesama manusia. Bila kita sungguhsungguh mengakui bahwa segala milik kita adalah anugerah (pemberian) Allah, kita pun harus mau membuka hati dan rela membuka dompet untuk menolong sesama manusia yang memerlukan bantuan kita.
Periksalah diri Anda di hadapan Allah: Apakah hidup keagamaan yang selama ini Anda tampilkan di depan umum sama dengan apa yang sebenarnya menjadi beban di dalam hati Anda? Apakah iman Anda kepada Allah telah mengubah cara Anda memperlakukan sesama manusia? Apakah Anda telah menyeimbangkan kewajiban Anda untuk beribadah kepada Allah dengan kewajiban Anda untuk menjadi berkat bagi sesama manusia? [P]
"Apabila engkau menyerahkan kepada orang lapar apa yang kauinginkan sendiri dan memuaskan hati orang yang tertindas maka terangmu akan terbit dalam gelap dan kegelapanmu akan seperti rembang tengah hari." Yesaya 58:10