Apakah Raja Ahazia tidak mengetahui apa yang terjadi di atas Gunung Kamel saat ayahnya masih menjadi raja, yaitu saat Elia menurunkan api dari langit dan mengalahkan 450 nabi Baal, sehingga seluruh Israel berseru: "TUHAN, Dialah Allah! TUHAN, Dialah Allah!" (1 Raja-raja 18:39)? Mengapa ia meminta petunjuk Baal-Zebub saat ia sakit? Mengapa ia tidak mengakui kemahakuasaan Tuhan? Jawabannya adalah ‘kesombongan’. Ia tidak mau mengakui kesalahan kepercayaan yang dianut ayah dan ibunya (Ahab dan Izebel), bahkan ia menolak Tuhan Allah Israel. Saat Elia menegornya, Ahazia dengan sombong menyuruh perwiranya berkata, "Hai abdi Allah, ... Turunlah!" Raja Ahazia mengira ia lebih hebat dari Allah. Akan tetapi, saat itu terjadilah miniatur Karmel (1 Raja-raja 18:36-38). Api turun dari langit dan memakan habis tentara Ahazia sampai dua kali (2 Raja-raja 1:9-12). Kengerian terhadap api Tuhan pasti menggetarkan hati raja. Hal itu tercermin dari rasa takut dan gentar pasukan ketiga yang diutus raja, yang membuat mereka tidak berani lagi bersikap kurang ajar.
Betapa mengerikannya hidup yang menolak Tuhan dengan sengaja! Bacaan Alkitab hari ini mencatat kalimat murka Tuhan sebanyak 3 kali, "Apakah tidak ada Allah di Israel, sehingga kamu ini pergi untuk meminta petunjuk kepada Baal-Zebub, allah di Ekron? Sebab itu beginilah firman TUHAN: Engkau tidak akan bangun lagi dari tempat tidur, di mana engkau berbaring, sebab engkau pasti akan mati" (2 Raja-raja 1:3-4; bandingkan dengan ayat 6 dan 16). Pengulangan menunjukkan kunci utama pasal tersebut. Kuncinya adalah jangan sekali-kali tidak memandang Tuhan dan tidak bergantung pada-Nya. Beranikah Anda menolak Tuhan dan menganggapnya ringan? Datanglah dengan gentar dan akuilah kelemahan hidup kita tanpa belas kasihan Tuhan. [PHJ]
Beginilah firman TUHAN: "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN!" Yeremia 17:5