Yoram, anak Ahab yang menjadi raja menggantikan saudaranya (Ahazia), termasuk jahat, tetapi tidak sejahat kedua orang tuanya. Dia menjauhkan tugu berhala Baal sembahan ayah ibunya. Dia pun tidak mencari nasihat dari nabi Baal. Mungkin itulah sebabnya Yosafat (Raja Yehuda) berkenan bersahabat dengannya, bukan dengan Ahazia (1 Raja-raja 22:50).
Namun, ketika melewati padang gurun Edom, mereka tidak menemukan air untuk diminum (2 Raja-raja 3:9). Tempat tersebut kurang lebih sama dengan lokasi saat nenek moyang mereka kehausan sampai hampir mati di Bilangan 20:2. Pada saat itu, Musa--sang Nabi Tuhan--mengeluarkan air untuk mereka. Yosafat pun bertanya, "Tidak adakah di sini seorang nabi TUHAN, supaya dengan perantaraannya kita meminta petunjuk TUHAN?" (2 Raja-raja 3:11). Namun, ketika Elisa muncul, Elisa memakai kesempatan itu untuk menyindir dan menegor Raja Yoram habis-habisan. Yang mengherankan, Raja Yoram tetap memohon Elisa membantu mereka. Setelah amarah Elisa reda, ia membuat mujizat dengan mendatangkan air untuk diminum dan sebagai alat untuk memenangkan peperangan. Hebatnya, jika Elia mendapatkan air dari awan hujan, air Elisa tidak diketahui asalnya, tanpa angin dan tanpa hujan. Bangsa Moab tertipu ketika melihat air datang yang berwarna kemerahan, mengira air itu adalah darah para raja dan pasukan musuh yang saling membunuh, sehingga mereka berlari menyongsong kebinasaan mereka. Hari itu, Tuhan memberi kemenangan kepada bangsa Israel dan Yehuda. Selama Raja Israel mencari Tuhan, pasti ada harapan dan kemenangan. Karena itu, sesukar apa pun masalah hidup kita, bila kita bersandar pada Tuhan, masih ada harapan. Percaya saja! [PHJ]
"Sebab kepada-Mu, ya TUHAN, aku ber harap; Engkaulah yang akan menjawab, ya Tuhan, Allahku." Mazmur 38:16