Tugas Yeremia berbahaya, yaitu mengkhotbahkan kehancuran Yehuda sebagai hukuman Allah. Orang tidak menyukai khotbah-khotbahnya dan bisa melakukan kekerasan terhadap dia seperti yang dilakukan oleh Pasyur (20:1-6). Yeremia juga menjadi bahan tertawaan karena yang ia nubuatkan tak kunjung terjadi, belum digenapi Allah (20:7-10). Apa yang membuat Yeremia bisa bertahan menjalani tugas kenabian yang sangat berat ini? Doa! Ketika tidak tampil di hadapan umum, Yeremia menghadap Allah dan dengan jujur mencurahkan rasa sedih, kecewa, bahkan marah. Ratapan Yeremia ini senada dengan doanya di pasal 15, tetapi bahasanya lebih keras: Ia menyesali, bahkan mengutuki hari kelahirannya (20:14-18). Meratap dalam doa menolong Yeremia melihat situasi buruk dari sudut pandang Allah dan membuat dia menyadari kehadiran, penyertaan dan perlindungan Tuhan. Lewat doa, Yeremia juga menaikkan pujian syukur pada Allah (20:11-13). Ia mengimani bahwa Tuhan akan mewujudkan isi pujian syukurnya. Walaupun jawaban Tuhan tidak dicatat, fakta bahwa Yeremia kembali berhadapan dan berkhotbah dengan keras terhadap Pasyur, raja, dan rakyat Yehuda (21:1-14) membuktikan respons positif Tuhan terhadap doa Yeremia.
Menjalani hidup secara Kristen tidaklah mudah. Seperti Yeremia, di tengah banyaknya dan beratnya tugas kehidupan yang ada di pundak kita, marilah kita menjadikan disiplin doa sebagai sumber kekuatan, sebagai kesempatan bicara jujur kepada Allah, sebagai tempat menemukan semangat, keberanian, dan kesegaran rohani untuk menekuni panggilan sebagai utusan Tuhan, saksi Kristus di zaman ini. [ICW]
"Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan per mohonan dengan ucapan syukur." Filipi 4:6