Salah satu pemikiran teologis yang esensial (mendasar) dalam Kekristenan adalah kemuliaan Allah. "Soli Deo gloria" atau "Kemuliaan hanya bagi Allah" merupakan semboyan yang terkenal pada masa Reformasi. Apa arti kemuliaan Allah? Kita mengenal sapaan "Yang Mulia" yang ditujukan bagi orang yang berkedudukan lebih tinggi daripada orang-orang lain sehingga layak menerima penghormatan, misalnya raja. Dalam 6:1, tercatat bahwa Nabi Yesaya mendapat penglihatan tentang Allah yang duduk di atas takhta-Nya dan para malaikat (Serafim) terus-menerus meninggikan Allah dengan berseru, "Kudus, kudus, kuduslah TUHAN semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaan-Nya" (6:3). Allah yang mulia adalah sekaligus Allah yang kudus. Allah itu kudus, artinya keberadaan Allah terpisah dari manusia. Kemuliaan Allah adalah kemuliaan dari Pribadi yang jauh melampaui kemuliaan penguasa mana pun di dunia.
Bila secara alami, kita dapat menaruh rasa hormat dan memuji tokoh atau penguasa di dunia, maka sepatutnya tiap murid Kristus dapat secara alami mengarahkan segala tindakan, kebiasaan, perkataan, pikiran, perasaan, dan apa pun di dalam dirinya untuk memuliakan Allah (1 Korintus 10:31). Dengan demkian, tepatlah bila pertanyaan 1 dari Pengakuan Iman Westminster mengungkapkan bahwa tujuan utama hidup manusia adalah untuk memuliakan Allah. Ada 4 hal yang dapat kita lakukan untuk memuliakan Allah: Pertama, mengakui dan menghargai keagungan serta kebesaran Allah (Mazmur 97:9). Kedua, mengangkat pujian dan penyembahan kepada-Nya (Mamur 29:1-2). Ketiga, mengasihi Dia dengan segenap hati, jiwa, akal budi, dan kekuatan (Markus 12:30). Keempat, menaati dan melakukan firman-Nya (Yohanes 17:4). [LH]
"Kepada TUHAN, hai penghuni sor gawi, kepada TUHAN sajalah kemuliaan dan kekuatan! Berilah kepada TUHAN kemuliaan nama-Nya, sujudlah kepada TUHAN dengan ber hiaskan kekudusan!" Mazmur 29:1-2