Amsal 2 mengingatkan tentang perlunya mendengar, menerima, menyimpan (dalam hati), mencondongkan hati kepada, memperhatikan, dan mencari hikmat Allah--sekalipun hikmat itu selalu tersedia seperti "harta terpendam" yang disediakan Allah (2:6)--karena hikmat Allah selalu ada untuk kebaikan kita: Pertama, hikmat menyediakan pertolongan dan perlindungan ("perisai"), serta menjaga jalan orang yang hatinya takut kepada Tuhan (2:7-8). Kedua, hikmat menyenangkan jiwa orang yang mencarinya (2:10). Ketiga, hikmat menjaga dan melepaskan orang dari jalan orang jahat yang penuh tipu muslihat, kelicikan, dan kegelapan. Hikmat menjaga orang itu (khususnya kaum Adam) agar terlepas dari godaan dan rayuan perempuan lain yang membawa kepada pelanggaran terhadap perjanjian Allah (2:17), yaitu janji pernikahan. Sang guru hikmat memberitahu para pendengarnya bahwa jika mereka terbawa ke dalam arus kegelapan, mereka akan menerima akibat yang amat mengerikan, yaitu "maut" dan jalan yang "tidak balik kembali". Risiko tersebut terlalu besar dibandingkan dengan kenikmatan daging yang bersifat sementara dan tidak berguna.
Berdasarkan penjelasan di atas, penulis Amsal menasihati kita agar menempuh jalan orang yang berhikmat karena kita akan mendiami tanah kediaman yang indah, sedangkan orang fasik dan orang jahat akan dipunahkan atau diusir dari sana. Tanah yang dimaksud bagi pembaca pada waktu itu (zaman Perjanjian Lama) adalah Tanah Perjanjian. Namun, tanah perjanjian bagi kita saat ini adalah Tanah Sorgawi (Ibrani 11:16). Apakah Anda merindukan tanah kediaman yang indah dan mulia? Jikalau ya, maka Anda perlu mencari dan menerima hikmat Allah. [A]
"Tetapi sekarang mereka merindukan tanah air yang lebih baik yaitu satu tanah air sorgawi. Sebab itu Allah tidak malu disebut Allah mereka ..." Ibrani 11:16