Di pasal 28, sang guru hikmat mengingatkan pentingnya memiliki integritas. Integritas adalah bagian dari kebenaran (righteousness), yaitu memiliki hubungan yang benar dengan Tuhan dan dengan sesama. Integritas bertolak belakang dengan kefasikan. Orang fasik tak bisa tenang karena dia merasa seakan-akan ada yang mengejar dia (28:1a), dan ia membuat orang lain tak tenang sehingga mereka menyembunyikan diri (28:28a, 28:12b), tetapi "orang benar selalu merasa aman" (28:1b). Integritas tak berkaitan dengan kekayaan atau kemiskinan. Ada orang miskin yang bertindak lalim terhadap orang lemah (28:3), tetapi ada orang miskin yang berhikmat sehingga dapat membaca keadaan orang kaya (28:11). Jika orang kaya yang tak punya integritas memperbanyak kekayaan dengan mengambil keuntungan dari riba dan bunga uang, kekayaannya akan tergerus mengalir kepada orang lemah (28:8). Inilah peringatan agar kita memiliki integritas atau "bersih kelakuan" (28:6). Sebaliknya, jika kita berintegritas (dapat dipercaya), kita "mendapat banyak berkat" (28:20).
Bagaimana kita bisa memiliki integritas? Kita berintegritas dan dapat dipercaya jika dan hanya jika kita berpegang dan memelihara hukum Taurat (28:4; 28:7; 28:9). Orang yang berintegritas adalah orang yang takut akan Tuhan (berpegang dan memelihara hukum Taurat), karena hukum Taurat mengatur hubungan yang seharusnya antara umat manusia dengan Tuhan dan umat manusia dengan sesamanya. Bagaimana jika kita melanggar hukum Taurat? Kabar baiknya selalu ada, bahkan bagi kita yang melanggar, yaitu bahwa kita akan dikasihi jika kita mengakui kesalahan dan pelanggaran itu (28:13). Integritas kita akan dipulihkan bila kita berani mengakui pelanggaran kita. [A]
"Berbahagialah orang yang senantiasa takut akan TUHAN, tetapi orang yang mengeraskan hatinya akan jatuh ke dalam malapetaka." Amsal 28:14